"Sistemnya harian. Ada yang Rp70 ribu (per hari), Rp80 ribu, lalu Rp100 ribu. Tergantung mobilnya, makin tua makin murah. Kalau masih keluaran muda, ya sewanya mahal. Trayek juga (berpengaruh), makin panjang makin mahal, karena si supir kan bisa dapat penumpangnya lebih banyak," ungkap Dewi.
Namun demikian, meski merupakan anak kandung dari Titin yang notabene merupakan pengusaha kawakan dalam bisnis pakaian dan juga persewaan angkot, Dewi memastikan bahwa bisnis yang dirintisnya selama ini murni merupakan buah dari kerja kerasnya, tanpa sama sekali mendapatkan bantuan apalagi keistimewaan dari Sang Ibu.
Dewi berkisah, sejak mada muda dirinya telah ditempa oleh ibunya untuk mengawali segala usahanya dari diri sendiri. Tanpa bantuan dan bahkan permodalan dari orang tuanya.
Saat itu, berbekal brosur promosi alat-alat elektronik yang didapat dari mall atau toko pusat alat elektronik, Dewi muda berjuang menawarkan kredit berkeliling kampung dari rumah ke rumah.
"Muter aja gitu keliling kampung. Kalau ada yang minat, saya belikan barangnya. Saya kirim, terus mereka bayar mencicil, sekalian pas saya keliling. Semua (modal) dari duit sendiri. Menabung. Sepeser pun saya pastikan tidak ada dari orang tua," papar Dewi.