IDXChannel—Bagaimanakah asal-usul 12 shio dalam zodiak China? Seperti yang diketahui, zodiak China terdiri dari 12 binatang yang diyakini dan digunakan masyarakat China kuno untuk menentukan tahun kelahiran seseorang, berikut dengan prediksi keberuntungan dan nasibnya sepanjang tahun.
Keduabelas binatang dalam zodiak China adalah tikus, kerbau, harimau, kelincu, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi. Binatang-binatang ini digunakan dalam astrologi China dan digunakan untuk menghitung tahun, bulan, hari, dan jam.
Setiap binatang mewakili siklus 12 tahun, satu hari dalam tiap siklus 12 hari, dan dua jam dalam tiap 24 jam. Zodiak China dihitung dengan siklus 60 tahun, dan tiap binatang mewakili tahun-tahun yang berbeda.
Dilansir dari depts.washington.edu (6/2), 12 zodiak China ini secara resmi digunakan pada Dinasti Han (206 SM s/d 9 M) kendati tak ada catatan pasti pada tanggal apa zodiak ini disusun oleh para pakar.
Penggunaan zodiak ini mulai populer digunakan untuk menentukan tahun kelahiran seseorang pada Dinasti Zhou Utara (557-581 Masehi) dan masih populer hingga saat ini. Bagaimanakah asal-usul kemunculan zodiak yang kelak dikenal sebagai shio ini? Simak ulasannya berikut ini.
Asal-Usul Shio: Binatang yang Diadu Lomba
Seperti yang diketahui, sejarah China sama seperti sejarah peradaban di belahan dunia lain, penuh dengan cerita-cerita rakyat dan mitologi. Dalam hal shio, banyak ragam kisah mitologi diyakini sebagai awalan penciptaan shio.
Dilansir dari depts.washington.edu (6/2), kisah yang umum diyakini adalah ketika kaisar menyelenggarakan adu balap binatang pada hari ulang tahunnya untuk menciptakan zodiak China.
Namun ada sumber lain yang mengatakan bukanlah kaisar yang melakukannya, melainkan Buddha sendiri. Meskipun begitu, kedua versi tetaplah menyiratkan kisah yang sama.
Banyak binatang mengikuti perlombaan itu, dan kelak keduabelas binatang dalam shio bakal dipilih lewat adu balap itu. Tujuan pertandingan tersebut adalah untuk mengukur waktu bagi manusia. Hanya ada 12 pemenang, dan untuk menang, binatang peserta harus menyeberangi arus sungai yang kencang dan sampai pada garis finish di seberang.
Dalan ajang adu balap itu, ada seekor kucing dan tikus yang saling membenci. Padahal dulu, keduanya adalah teman. Kedua binatang ini adalah perenang yang paling buruk di seluruh kerajaan fauna, namun keduanya pun cerdik.
Kucing dan tikus mengetahui bahwa jalan tercepat untuk menyeberang adalah dengan menebeng pada kerbau. Maka kerbau yang berhati baik setuju untuk membawa keduanya menyeberangi sungai.
Namun, karena tikus sangat ingin menang, dia mendorong si kucing hingga jatuh ke sungai. Dari situ, kucing sangat marah dan tidak pernah mau memaafkan tikus dan akhirnya tikus dikeluarkan dari adu balap. Versi lain mengatakan bahwa tikus bahkan tidak memberitahu kucing soal adu balap itu sama sekali, sehingga kucing tidak mengikuti pertandingan.
Setelahnya, kerbau dan tikus berhasil menyeberangi sungai. Si tikus seketika melompat dari atas kerbau dan tiba di garis finish sebagai pemenang pertama. Kerbau menang urutan kedua, dan harimau menang urutan ketiga.
Tiba-tiba, suara gedebuk kencang terdengar, dan rupanya berasal dari kelinci. Si kelincu melompat dari satu batu ke batu lain sampai akhirnya ia terpeleset. Namun untungnya, ada bongkah kayu mengambang dan kelinci berpegangan pada kayu itu dan mengambang hingga tiba di garis finish urutan keempat.
Pemenang kelima adalah naga. Semua orang tadinya mengira naga akan menang juara pertama sebab naga bisa terbang. Namun naga berkata pada kaisar bahwa dia harus berhenti beberapa kali untuk membantu penduduk desa.
Ketika naga hampir tiba di garis finish, dia melihat si kelinci mengambang di atas bongkahan dan memutuskan untuk menghembuskan nafasnya untuk membantu kelinci sampai di pinggir sungai.
Setelah naga, kuda tiba di garis finish. Ular yang culas rupanya bersembunyi di belakang kaki kuda. Ular itu tiba-tiba saja muncul dan si kuda ketakutan, ular mengambil peluang tersebut dan tiba di posisi keenam, dan kuda akhirnya menang urutan ketujuh.
Setelahnya, monyet, ayam, dan kambing tiba di seberang sungai. Tidak seperti beberapa binatang lain yang saling menjatuhkan, ketiga binatang ini malah saling membantu. Si ayam menemukan rakit, lalu monyet dan kambing ikut naik.
Ketiganya bekerja sama untuk melayarkan rakit menyeberangi sungai. Kambing akhirnya menang urutan kedelapan, monyet urutan kesembilan, dan ayam urutan kesepuluh. Sementara anjing menang urutan kesebelas.
Meskipun anjing pandai berenang, dia terlambat. Anjing berkata pada kaisar bahwa dia harus mandi, dan air sungai yang segar begitu menggodanya. Setelahnya, sang kaisar sebetulnya ingin menyudahi adu balap.
Namun tiba-tiba terdengar suara babi. Si babi merasa lapar di tengah perjalanan, sehingga dia berhenti di tengah-tengah, memakan sesuatu, lalu ketiduran karena kekenyangan. Setelah dia terbangun, barulah dia melanjutkan perlombaan dan akhirnya menang paling akhir di posisi ke-12.
Akhirnya kalender bulan dibuat sesuai dengan hasil adu balap itu. Tikus adalah binatang pertama yang mengawali perhitungan dan babi adalah binatang terakhir. Setelah babi, perhitungan kalender akan memulai siklusnya kembali dari awal.
Demikianlah cerita asal-usul shio dalam zodiak China. (NKK)