Menurut pemilik fesyen muslim brand Nadjani ini, Hal itu bisa terjadi karena adanya sikap adaptif dan inovasi. Dirinya pun menyadari jika tidak demikian maka bisnis yang dijalankan tidak bisa bertahan hingga sekarang.
“Kita beradaptasi sama keadaan sekarang. Kalau misalnya biasanya Nadjani bikin baju untuk sehari-hari, buat pergi kerja, liburan, tapi karena sekarang banyak yang di rumah jadi kita adaptasi dengan produksi baju untuk di rumah. Kita juga produksi apron buat masak dan juga mukena. Sebelumnya kita nggak produksi tapi di keadaan sekarang kita terus berinovasi supaya penjualan bisa stabil,” paparnya.
Sementara itu, walaupun proses produksi terus berjalan, Nadya menuturkan dari sisi perolehan bahan baku tetap mengalami kendala. Hal itu dikarenakan adanya PPKM yang mengakibatkan produksi kain di pabrik berkurang. Sehingga berdampak pada kapasitas baju yang diproduksi.
Namun, desainer muda ini tak menyerah pada keadaan. Dirinya berinisiatif untuk membeli kain di pabrik langsung dengan jumlah banyak sebelum PPKM diperpanjang.
"Dengan adanya kendala itu, gimana caranya supaya karyawan penjahit bisa terus bekerja, jadi kita beli langsung dalam jumlah banyak sebelum pabrik tutup. Misalnya, ada PPKM diperpanjang jadi kita sudah ambil bahan duluan untuk produksi sebulan,” terangnya. (TYO)