"Di sinilah masyarakat perlu untuk mengendalikan diri dan tidak tergoda sehingga akhirnya terjerat investasi bodong," pungkasnya.
Ketiga, tanyakan bagaimana perusahaan menjalankan investasinya. Jangan terburu-terburu setuju untuk berinvestasi saat ada perusahaan yang melakukan penawaran. Namun, cobalah untuk bertanya bagaimana sistem kerja perusahaan tersebut dalam menjalankan investasinya.
"Di sini masyarakat bisa menilai jawaban dari perusahaan tersebut. Apabila mereka terkesan menutup-nutupi dan tidak ingin transparan, maka sebaiknya hindari untuk berinvestasi di perusahaan tersebut," tukasnya.
Keempat, tidak perlu merasa ketinggalan oleh tren. Saat ini perbincangan soal investasi sangat sering terdengar, terutama di kalangan anak muda. Beberapa orang kemudian merasa takut ketinggalan zaman atau Fear of Missing Out (FOMO). Seolah-olah, bagi yang belum berinvestasi akan dianggap belum melek keuangan dan kurang memikirkan masa depan.
"Padahal, untuk berinvestasi bukan berdasarkan tren atau pendapat orang lain, namun juga diperlukan kesiapan diri, berupa alokasi dana dan pengetahuan yang cukup," terangnya.