IDXChannel - Paradox of thrift atau paradoks penghematan akan selalu muncul saat situasi ekonomi mulai mencekam. Apalagi Indonesia tahun depan diprediksi tak bisa lepas dari bayang-bayang resesi.
Hal ini tentu membuat masyarakat memilih menabung atau menyimpan sebagian besar pendapatan mereka untuk berjaga-jaga. Namun, perilaku ini akan berimbas pada berkurangnya pengeluaran lantaran menahan belanja atau konsumsi.
Persoalannya, jika menunda belanja (delayed purchase) dilakukan secara masif. Akibatnya, akan berefek negatif terhadap perekonomian. Bahkan, resesi bisa jatuh ke jurang yang lebih dalam.
Lantas bagaimanakah cara bijak menghadapi resesi dan terhindar dari jebakan Paradox of Thrift?
Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira menyebut untuk menghindari paradox of thrift, pemerintah perlu membagi pendekatan ke dalam beberapa kelompok pengeluaran.
Misalnya, kelompok menengah ke atas dan kaum elite harus tetap berbelanja dan konsumtif agar ekonomi tetap bisa tumbuh. Sementara kelas menengah bawah perlu lebih berhemat karena kondisi pendapatan mereka tidak sebanding dengan naiknya harga barang atau inflasi.