IDXChannel—Apa penyebab produk bajakan masih banjir peminat? Indonesia adalah salah satu negara Asia yang yang disoroti pemerintah Amerika Serikat terkait peredaran barang tiruan.
Persoalan peredaran produk bajakan ini masuk dalam laporan yang dibuat U.S. Trade Representative (USTR) atau Kantor Perwakilan Dagang AS. Pusat perbelanjaan Mangga Dua bahkan turut disebut dalam laporan itu.
Barang tiruan memang mudah ditemukan di pusat perbelanjaan Indonesia, bahkan di lapak dagang pinggir jalan. Beberapa produk yang kerap ditiru adalah sepatu, tas, jam tangan, parfum, mainan, tinta printer, buku, dan sebagainya.
Produk bajakan masih eksis dan diproduksi karena pasar konsumennya ada. Selama konsumen masih membeli barang-barang tiruan ini, pembajak akan terus membuat produk bajakan secara ilegal.
Lantas apa yang penyebab produk bajakan masih banjir peminat? Melansir beragam sumber, berikut alasan barang tiruan masih ramai peminat.
3 Penyebab Produk Bajakan Masih Banjir Peminat
1. Harga Terjangkau
Menurut Journal Bisnis dan Strategi UII ‘Pembajakan Produk: Problema, Strategi, dan Antisipasi Strategi’ yang ditulis oleh Anis Hidayat, ada dua jenis konsumen produk bajakan. Yakni konsumen yang tertipu iklan dan konsumen yang membeli secara sadar.
Konsumen yang membeli produk bajakan secara sadar biasanya menjadikan keterjangkauan harga sebagai alasan untuk membeli. Seperti diketahui, daya beli konsumen sangat dipengaruhi oleh tingkat gajinya.
Sementara di Indonesia, rata-rata gaji pekerja di Indonesia pada 2024 adalah Rp3,04 juta per bulan. Dengan tingkat upah minimum yang berbeda tiap provinsi, kabupaten, dan kota. Masih terdapat kesenjangan antara upah di kota besar dengan kabupaten.
Dengan pendapatan bulanan yang rendah, maka harga murah menjadi pertimbangan penting bagi konsumen untuk membeli barang.
2. Penegakan Hukum Kurang
Alasan lain yang dikemukakan dalam jurnal tersebut adalah penegakan hukum yang kurang. Memproduksi barang tiruan dianggap ilegal di banyak negara. Namun aturan terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI) tidak standar di tiap negara.
Sehingga penegakan hukumnya pun berbeda-beda. Salah satu alasan mengapa pemberantasan pembajakan produk masih sulit dilakukan di Indonesia adalah kelemahan penegakan hukum.
3. Perbedaan Nilai
Masyarakat Asia memiliki jiwa kewiraswastaan yang tinggi dan terkadang tidak memiliki kendala moral untuk memakai atribut produsen lain untuk kepentingan sendiri. Selain itu, Asia memiliki budaya dan cara pandang yang berbeda terhadap konsep kepemilikan.
Masyarakat barat yang lebih individualistis mengutamakan nilai individu, sementara masyarakat Asia menekankan kepentingan bersama. Oleh sebab itu ide ataupun konsep cenderung dianggap sebagai milik bersama, dapat diakses dan dimanfaatkan semua orang.
Perbedaan nilai ini juga berlaku di kalangan konsumen, di mana konsumen cenderung kurang sadar dampak hukum dan moral saat membeli barang bajakan. Contohnya, tidak begitu peduli bahwa pembajakan adalah pencurian, dan sebagainya.
Selain ketiga penyebab di atas, alasan lain yang mendasari konsumen bersedia membeli barang tiruan adalah tekanan sosial untuk membuat orang lain terkesan dengan membeli barang-barang bermerek, juga kurangnya kesadaran terhadap ciri-ciri barang asli.
Itulah informasi singkat tentang penyebab produk bajakan masih banjir peminat.
(Nadya Kurnia)