IDXChannel - Sejarah ekonomi telah lama dicatat melalui kacamata laki-laki, dengan menekankan kontribusi laki-laki dan sudut pandang mereka.
Fakta ini terlihat dari Hadiah Nobel Memorial alias Nobel Prize di bidang Ilmu Ekonomi yang hanya sedikit menelurkan pemikir-pemikir perempuan.
Penghargaan tersebut telah diberikan kepada 90 pria sejak 1969 dan hanya tiga wanita yang memperoleh penghargaan ini. (Lihat grafik di bawah ini).
Teranyar, perempuan ketiga yang memenangkan penghargaan tersebut, adalah ekonom tenaga kerja terkemuka dari Harvard University, Claudia Goldin.
Ia diganjar penghargaan Nobel Prize pada 9 Oktober 2023 lalu atas kerja kerasnya selama puluhan tahun mempelajari kesenjangan upah berdasarkan gender. Pencapaian Goldin bukan hanya kemenangan bagi dirinya, tapi juga untuk perempuan di bidangnya.
Menggugat Peran Perempuan dalam Ekonomi
Di era modern seperti saat ini, nyatanya bidang ekonomi masih memiliki kesenjangan gender yang cukup besar.
Menurut Veronika Dolar, Associate Professor of Economics di State University of New York at Old Westbury (SUNY Old Westbury) pada lama The Conversation, (10/10), salah satu masalah adanya gender gap di bidang ini adalah ilmu ekonomi seringkali diasosiasikan dengan keuangan, uang, dan perbankan.
“Persepsi sempit ini mungkin tidak menarik bagi semua orang. Perempuan khususnya cenderung tertarik pada bidang-bidang yang mempunyai kaitan langsung dengan tantangan-tantangan sosial,” terang Dolar.
Dolar menegaskan, ilmu ekonomi lebih dari sekedar pasar saham. Faktanya, banyak bidang disiplin ilmu yang menangani isu-isu sosial-kesehatan, pembangunan, pendidikan dan, tentu saja, ketidaksetaraan gender.
Misalnya, para ekonom ketenagakerjaan mempelajari isu-isu seperti kebijakan cuti keluarga dan kesenjangan upah berdasarkan gender, hal-hal yang secara langsung berdampak pada kehidupan perempuan.
“Oleh karena itu, tidak mengherankan jika perempuan memiliki peran yang lebih besar dalam bidang ekonomi ketenagakerjaan dibandingkan sub bidang lainnya,” imbuhnya.