Arab Saudi, Rusia, dan Iran menentang ketentuan yang dapat membatasi pertumbuhan minyak bumi di masa mendatang, Mereka berpendapat bahwa polusi plastik pada prinsipnya harus ditangani dengan meningkatkan pendanaan untuk daur ulang. Secara global, kurang dari 10 persen sampah plastik saat ini didaur ulang.
Beberapa negara penghasil minyak bumi mengandalkan peningkatan produksi plastik untuk mengimbangi pelemahan permintaan bahan bakar fosil di tengah semakin berkembangnya energi terbarukan. Porsi petrokimia dari total permintaan minyak dapat meningkat hampir dua kali lipat pada 2050.
"Sebagian besar negara mengakui bahayanya krisis polusi plastik dan sepakat tentang perlunya tindakan segera," kata Juliet.
Perundingan perjanjian pemberantasan polusi plastik dilakukan sejak 2022. Produksi plastik diperkirakan melonjak sekitar 60 persen menjadi 736 juta ton per tahun pada 2040
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa polusi plastik membahayakan ekosistem laut dan darat, serta beracun jika masuk ke tubuh manusia dalam jumlah besar. (Wahyu Dwi Anggoro)