IDXChannel - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi mengungkap penyebab terjadinya gempa bumi magnitudo 5,2 di Bali pada Selasa, 13 Desember 2022, pukul 04:14:14 WIB.
Menurut Kepala PVMBG, Hendra Gunawan mengatakan, lokasi pusat gempa bumi terletak dekat dengan wilayah Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Wilayah ini pada umumnya tersusun oleh morfologi dataran pantai, dataran bergelombang dan perbukitan bergelombang hingga terjal yang merupakan bagian dari morfologi tubuh gunung api.
Litologinya itu, kata dia, tersusun oleh endapan Kuarter berupa endapan aluvial pantai, aluvial sungai dan batuan rombakan gunungapi muda (breksi gunungapi, lava, tuff, batuan jatuhan gunungapi).
Sebagian batuan rombakan gunungapi muda tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter tersebut bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan guncangan gempa bumi.
"Selain itu, pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan rombakan gunungapi muda yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi," jelas dia, ditulis Rabu (14/12/2022).
Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, lanjut Hendra, kedalaman dan data mekanisme sumber (focal mechanism) dari BMKG dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi tersebut diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif berupa sesar naik busur belakang Flores dengan mekanisme sesar naik.
"Sesar ini membentang di utara Bali, NTB hingga Flores dan pernah mengakibatkan terjadinya gempa bumi dahsyat pada 2018," terangnya.
Atas kejadian itu, masyarakat diimbau untuk tetap tenang, mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat, dan tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan.
Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami. Bagi masyarakat yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat aman.
Bangunan di Kabupaten Karangasem harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu, harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.
Sebab, Kabupaten Karangasem tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, maka harus ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.
"Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi," imbuh Hendra.
(FAY)