“Menanamkan kontrol diri dan kesadaran digital sejak dini penting dilakukan untuk mengantisipasi krisis karakter nasional di masa depan," lanjutnya.
Berbicara soal pendidikan karakter, Esti memberi contoh keberhasilan Jepang yang menerapkannya sejak usia dini anak. Bahkan di Jepang pendidikan karakter merupakan hal pertama yang diajarkan di sekolah.
“Di Jepang itu anak masuk SD belum diajarkan calistung, tapi belajar karakter dahulu. Tentang menjaga kebersihan, saling tolong menolong, belajar soal adab yang baik sebagai modal menjalani hidup,” kata Esti.
“Maka kita bisa lihat attitude atau manner masyarakat Jepang yang sangat menjunjung tinggi etika. Kita sering lihat warga Jepang yang tak segan membuangkan sampah orang lain saat mereka melihatnya, seperti dalam pertandingan-pertandingan olahraga, termasuk di luar negara mereka,” katanya.
Menurut Esti, saat anak memiliki pendidikan karakter yang kuat, maka pendidikan akademiknya akan mengikuti. Dan pendidikan karakter pun akan membantu anak menghalau aktivitas yang kurang baik, seperti judol.
“Maka pendidikan karakter harus jadi dasar dalam sistem pendidikan di Indonesia,” katanya.
“Karena pendidikan karakter menjadi modal dalam membentuk adab setiap individu, dan semuanya harus dimulai sejak anak-anak, dari bangku awal sekolah dasar,” kata dia.
(Nur Ichsan Yuniarto)