sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

BGN Minta Tambahan Anggaran Rp118 Triliun untuk MBG, DPR Ingatkan Soal Pembenahan Krisis Gizi

News editor Achmad Al Fiqri
14/07/2025 17:20 WIB
Anggaran sebesar itu seharusnya bisa membenahi krisis atau kekurangan gizi masyarakat. 
BGN Minta Tambahan Anggaran Rp118 Triliun untuk MBG, DPR Ingatkan Soal Pembenahan Krisis Gizi (iNews Media Group)
BGN Minta Tambahan Anggaran Rp118 Triliun untuk MBG, DPR Ingatkan Soal Pembenahan Krisis Gizi (iNews Media Group)

IDXChannel - Badan Gizi Nasional (BGN) mengajukan tambahan anggaran sebesar Rp118 triliun untuk pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di 2026.

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Yahya Zaini mengingatkan jika anggaran sebesar itu seharusnya bisa membenahi krisis atau kekurangan gizi masyarakat. 

Menurutnya, tambahan anggaran program MBG akan menjadi pemborosan bila sekadar untuk membagikan makanan gratis tanpa mengatasi masalah yang menjadi penyebab masyarakat kekurangan gizi. 

“Program ini akan menjadi pemborosan terbesar jika hanya difokuskan pada pengadaan makanan tanpa menyentuh akar masalah yang selama ini menjadi penyebab krisis gizi," kata Yahya Zaini, Senin, (14/7/2025). 

Masalah penyebab krisis gizi, salah satunya, kata dia, minimnya edukasi gizi sejak usia dini, lemahnya akses terhadap pangan sehat dan terjangkau di daerah, serta minimnya literasi nutrisi di sekolah- sekolah.

Yahya Zaini pun menyebut soal permintaan tambahan anggaran yang diajukan BGN untuk program MBG akan dibahas lebih lanjut bersama Komisi IX DPR.

“Tentunya akan kita bahas terlebih dulu, kita akan bedah secara mendalam sebelum mengambil keputusan. Ini menjadi salah satu fungsi penganggaran dan pengawasan DPR,” kata Yahya.

Jika pada akhirnya usulan tambahan anggaran yang diajukan BGN nantinya disetujui DPR, dia menilai ada sejumlah hal yang harus menjadi perhatian. Ia memandang, program MBG tidak boleh berhenti sebagai proyek distribusi makanan secara massal.

“Tetapi juga harus menjadi tonggak awal reformasi menyeluruh terhadap sistem gizi nasional yang selama ini rapuh, fragmentaris, dan berorientasi jangka pendek,” katanya.

Pendekatan konsumtif yang berbasis volume dan kejar target penerima harus mulai diimbangi dengan strategi transformatif berbasis keberlanjutan. 

"Program MBG adalah program mulia, namun anggaran yang besar harus diarahkan tidak hanya untuk memberi makan, tetapi untuk mengubah pola konsumsi, memperbaiki rantai pasok pangan lokal, dan memperkuat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi yang benar dan berimbang," kata dia.

Integrasi Lintas Sektor hingga Digitalisasi

Dia menekankan pentingnya integrasi lintas sektor. Program MBG harus terhubung secara sistematis dengan penguatan pertanian lokal berbasis komunitas, agar pasokan bahan makanan tidak bergantung pada distributor besar atau logistik terpusat. 

"Perlu pemberdayaan para ibu dan komunitas keluarga dalam menyusun pola konsumsi rumah tangga berbasis gizi. Kemudian, kolaborasi dengan sekolah, puskesmas, dan kader kesehatan sebagai garda terdepan dalam edukasi gizi," katanya. 

Selain itu, lanjut Yahya Zaini, diperlukan digitalisasi sistem pemantauan status gizi anak, agar program tidak hanya mencatat distribusi namun juga mencatat perubahan konkret pada kondisi gizi penerima.

“Jika anggaran besar hanya disalurkan tanpa disertai reformasi sistemik, maka kita hanya mengulang pola bantuan pangan konvensional yang tidak menyelesaikan persoalan struktural," katanya.

"Negara butuh keberanian untuk mengubah pendekatan dari ‘memberi makan’ menjadi ‘mendidik gizi’,” katanya.

Lebih lanjut, Yahya Zaini menegaskan perlunya pengawasan yang ketat dan berlapis terhadap pelaksanaan MBG. Hal ini guna memastikan alokasi anggaran digunakan secara efisien dan tepat sasaran. 

“Anggaran sebesar ini harus dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada publik. Bukan hanya audit oleh BPK, tetapi juga pelibatan masyarakat, akademisi, dan media dalam mengawasi jalannya program,” katanya.

(Nur Ichsan Yuniarto)

Halaman : 1 2 3 4
Berita Rekomendasi

Berita Terkait
Advertisement
Advertisement