Selain itu, fenomena la nina lemah, monsun asia, dan gelombang astmosfer juga berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia.
Fenomena gelombang kelvin diprediksi aktif di sebagian wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, Maluku, dan Papua. Gelombang equatorial rossby diprediksi aktif di Kalimantan, Sulawesi bagian tengah hingga utara, dan Maluku Utara.
Analisis OLR juga menunjukkan nilai negatif pada periode 15-17 Februari 2025 mengindikasikan peningkatan signifikansi potensi hutan di beberapa wilayah Indonesia.
“Analisis kondisi lokal/mikro juga menunjukkan kecenderungan peningkatan aktivitas konvektif akibat kondisi labilitas yang kuat di Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sebagian besar kalimantan, Sulawesi, Maluku utara, Maluku, dan Papua. Kondisi ini menjadi beberapa faktor yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah Indonesia,” tulis BMKG.
Periode 11-13 Februari 2025 diprediksi cuaca di Indonesia umumnya didominasi berawan hingga hujan. BMKG mengimbau perlu kewaspadaan adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat yang disertai petir dan angin kencang.
Kemudian 14-17 Februari 2025 diprediksi wilayah Indonesia masih didominasi berawan hingga hujan ringan sehingga perlu kewaspadaan adanya potensi peningkatan hujan dengan intensitas sedang hingga ekstrem yang dapat disertai kilat, petir, dan angin kencang.
(Dhera Arizona)