sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

BMKG: Suhu Terpanas RI 34 Derajat Tergolong Cuaca Ekstrem, Bukan Gelombang Panas

News editor Dovana Hasiana/MPI
22/05/2023 16:45 WIB
BMKG menyatakan, suhu panas di Indonesia tidak tergolong sebagai gelombang panas sebagaimana yang akhir-akhir ini melanda negara Asia Selatan.
BMKG: Suhu Terpanas RI 34 Derajat Tergolong Cuaca Ekstrem, Bukan Gelombang Panas. (Foto MNC Media)
BMKG: Suhu Terpanas RI 34 Derajat Tergolong Cuaca Ekstrem, Bukan Gelombang Panas. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, suhu panas di Indonesia tidak tergolong sebagai gelombang panas sebagaimana yang akhir-akhir ini melanda negara Asia Selatan.

Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Supari mengatakan, saat ini kisaran rata-rata suhu maksimum di Indonesia adalah 32-33 derajat celcius. Angka tersebut pun hanya dikategorikan sebagai cuaca ekstrem, bukan termasuk ke dalam gelombang panas.

“Gelombang panas adalah kondisi di mana suhu mencapai 5 derajat di atas suhu maksimum. Bila suhu rata-rata maksimum adalah 32 derajat hingga 33 derajat, maka suhu panas yang mencapai 40 derajat dan terjadi secara berturut-turut, itu baru gelombang panas. Indonesia masih tergolong cuaca ekstrem,” jelasnya kepada MNC Portal Indonesia, Jakarta, Senin (22/5/2023).

Bulan April pun disebut sebagai bulan yang paling panas. Pada 17 April 2023, suhu mencapai 34 derajat. Sekitar 14% wilayah Indonesia mencapai kondisi cuaca ekstrem dan 60% mencapai kondisi di atas normal.

Supari menerangkan, hal tersebut merupakan kondisi yang normal di Indonesia, di mana April selalu menjadi bulan yang paling panas. Hal itu terjadi karena peristiwa alamiah, yakni posisi matahari yang tepat berada di atas garis khatulistiwa pada bulan Maret. 

“Sehingga Indonesia akan merasakan cuaca panas pada bulan April. Itu normal. Namun, suhunya memang terus mengalami peningkatan bila dibandingkan bulan April sebelumnya. Ini terjadi karena pemanasan global,” imbuhnya. 

Sementara itu, Indonesia, secara khusus Jakarta, mulai mengalami penurunan suhu bila dibandingkan dengan bulan April. Menurut Supari, tren penurunan tersebut akan berlanjut hingga September. Kemudian, cuaca panas kembali melanda pada bulan Oktober.

Menurutnya, cuaca panas di Indonesia tidak menyebabkan kematian. Namun, masyarakat perlu waspada untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Hal ini pun dapat dilakukan dengan minum air putih minimal 2 liter per hari.

“Cuaca panas tidak menyebabkan kematian, hanya mengurangi kenyamanan. Masyarakat perlu minum air putih untuk mencegah dehidrasi,” pungkasnya.

(YNA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement