Supari menerangkan, hal tersebut merupakan kondisi yang normal di Indonesia, di mana April selalu menjadi bulan yang paling panas. Hal itu terjadi karena peristiwa alamiah, yakni posisi matahari yang tepat berada di atas garis khatulistiwa pada bulan Maret.
“Sehingga Indonesia akan merasakan cuaca panas pada bulan April. Itu normal. Namun, suhunya memang terus mengalami peningkatan bila dibandingkan bulan April sebelumnya. Ini terjadi karena pemanasan global,” imbuhnya.
Sementara itu, Indonesia, secara khusus Jakarta, mulai mengalami penurunan suhu bila dibandingkan dengan bulan April. Menurut Supari, tren penurunan tersebut akan berlanjut hingga September. Kemudian, cuaca panas kembali melanda pada bulan Oktober.
Menurutnya, cuaca panas di Indonesia tidak menyebabkan kematian. Namun, masyarakat perlu waspada untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Hal ini pun dapat dilakukan dengan minum air putih minimal 2 liter per hari.
“Cuaca panas tidak menyebabkan kematian, hanya mengurangi kenyamanan. Masyarakat perlu minum air putih untuk mencegah dehidrasi,” pungkasnya.
(YNA)