Aam mengatakan saat ini di Kanada, di Spanyol, juga Hawai sedang mengalami fenomena karhutla yang besar. Bahkan, di Hawai masyarakat terpaksa harus terjun ke laut untuk menyelamatkan diri dari kobaran api.
“Di dunia saat ini di Kanada sangat luar biasa, di Amerika di Hawaii, kita tahu sampai masyarakat harus terjun ke laut karena saking rapatnya blok-blok perumahan dan hampir seluruhnya blok perumahan ini terbakar, sehingga tidak ada ruang untuk masyarakat bisa menghindar dari api kecuali melompat ke laut. Itu juga sampai sekarang masih terus ditangani. Di Spanyol, Tenerife itu juga hingga saat ini masih belum bisa dikendalikan secara umum dan juga tentu saja di Indonesia,” kata Aam.
Namun, di belahan dunia yang lain yakni di Kolombia, Pakistan, China, Korea Selatan, bahkan India justru mengalami banjir bandang yang cukup besar. “Nah di sini kita lihat misalkan di benua Amerika saja, di Kanada itu ada kebakaran hutan yang sangat luar biasa tetapi berikutnya, di Alaska tidak terlalu jauh ada banjir yang cukup besar. Di Kolombia, Pakistan, China, Korea Selatan, India kita tahu juga banjir cukup besar,” ungkap Aam.
Aam mengatakan bahwa fenomena cuaca dalam satu bulan terakhir, tidak cuma di tingkat lokal di Indonesia tapi di tingkat global pun memperlihatkan variabilitas atau tingkat kejadian yang cukup tinggi dengan dampak yang sangat signifikan khususnya karhutla dan banjir.
“Ini mungkin ada dua fenomena yang berlawanan terjadi satu panas, satu banjir tidak cuma di Indonesia dan skala lokal tapi skala global pun terjadi,” pungkasnya.
(FRI)