CNN melaporkan sekitar 80 persen dari 1,4 miliar warga China tertular selama periode tersebut, menurut Wu Zunyou, kepala ahli epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, pada Januari. Saat itu, pasien tampak memadati rumah sakit dan keluarga menunggu berhari-hari untuk mengkremasi mereka yang meninggal.
Umumnya orang tidak menganggap serius gelombang COVID terbaru, kata Mr. Lin, yang meminta namanya disamarkan karena sensitifnya masalah tersebut. Penduduk Quanzhou di provinsi Fujian itu mengatakan, "Mereka beraktivitas seperti biasa dan tidak melakukan perlindungan apa pun. Tidak ada yang memakai masker."
Lin mengatakan kepada VOA Mandarin bahwa dia terinfeksi pada pertengahan Desember 2022, sesaat setelah Beijing mencabut kebijakan lockdown-nya, yang membuat perekonomian negara tersebut kacau balau.
Ia lalu menyadari bahwa dirinya kembali tertular pada bulan Mei lalu. Lin mengatakan dia mengetahui sejumlah orang yang tampaknya juga terinfeksi kembali dan tidak melakukan tes COVID karena gejala yang mereka derita sangat ringan.
(DKH)