sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

China Tak Terima Terkait Aturan Wajib Tes Covid-19 untuk Turis Beijing

News editor Dian Kusumo
04/01/2023 14:55 WIB
China menyebut meningkatnya pembatasan internasional pada pelancong dari wilayahnya "tidak dapat diterima". 
China Tak Terima Terkait Aturan Wajib Tes Covid-19 untuk Turis Beijing. (Foto: MNC Media)
China Tak Terima Terkait Aturan Wajib Tes Covid-19 untuk Turis Beijing. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - China menyebut meningkatnya pembatasan internasional pada pelancong dari wilayahnya "tidak dapat diterima". 

Kecaman ini muncul setelah lebih dari selusin negara memberlakukan pembatasan baru Covid-19 pada pengunjung dari negara terpadat di dunia. Amerika Serikat (AS), Kanada, Jepang, dan Prancis termasuk di antara negara-negara yang bersikeras bahwa semua pelancong dari China harus memberikan tes Covid negatif sebelum kedatangan, karena kekhawatiran akan lonjakan kasus. 

Peningkatan infeksi yang tajam di China terjadi setelah bulan lalu Beijing tiba-tiba mencabut pembatasan garis keras selama bertahun-tahun. Langkah ini membuat rumah sakit dan krematorium dengan cepat kewalahan. Pekan lalu, Beijing mengumumkan diakhirinya karantina wajib pada saat kedatangan dalam sebuah langkah yang mendorong orang-orang China untuk merencanakan perjalanan ke luar negeri. 

“Beberapa negara telah mengambil pembatasan masuk yang menargetkan China,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning dalam pengarahan rutin, seperti dikutip dari AFP. Baca: Penasihat WHO Serukan China Serahkan Data Realistis Covid-19 “Ini tidak memiliki dasar ilmiah dan beberapa praktik tidak dapat diterima,” tambahnya. Ia memperingatkan China dapat “mengambil tindakan balasan berdasarkan prinsip timbal balik.

AS mengaku bahwa mereka telah mengambil tindakan sebagai tanggapan atas data “kurang memadai dan transparan” dari China dan kekhawatiran bahwa beban kasus yang berat dapat melahirkan varian baru. "Ini adalah pendekatan yang semata-mata didasarkan pada sains," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price kepada wartawan di Washington.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement