"Sehingga kemarau bukan berarti tidak ada hujan sama sekali," kata dia.
Alhasil, bebernya, harus menjadi perhatian tentang karakteristik awan hujan di musim kemarau, yakni frekuensi pembentukan yang rendah, awan kumulus, dan pembentukan lokal. Hujan bersifat lokal dan terbentuk akibat pemanasan lokal yang intens, seperti pada sore hari, intensitas hujan bisa bersifat deras dan saat sudah berhari-hari tidak ada hujan, ada potensi hujan, yang mana sering kali hujan disertai petir dan angin kencang.
Dia mengungkapkan, fenomena hujan dengan intensitas tinggi pada awal Juli 2024 disebut sebagai anomali lantaran pada bulan Juli umumnya sudah memasuki puncak kemarau. Namun, hujan dengan intensitas tinggi justru terjadi.
"Jakarta masih dikatakan masuk musim kemarau, karena jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) belum mencapai 50 milimeter dan diikuti oleh dua dasarian berikutnya. Awal Juli kemarin (2024) sudah memasuki puncaknya, tetapi justru hujan dengan intensitas tinggi," ujar dia.