“Yaitu di sebagian besar wilayah Sumatera, sebagian Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, dan Papua. Khusus untuk pulau Jawa akan mengalami penurunan potensi hujan mulai periode tanggal 11 Juli,” ujarnya.
Dwikorita juga menjelaskan fenomena hujan di musim kemarau tidak lepas dari letak geografis wilayah Indonesia. Di mana Indonesia berada di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia sekaligus pertemuan di antara dua Samudra besar yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
“Fenomena iklim dan cuaca di Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dinamika cuaca yang beragam. Selama musim kemarau, adanya potensi gangguan seperti MJO (Madden-Julian Oscillation) dan gelombang atmosfer lainnya tetap dapat menyebabkan pembentukan awan hujan,” tuturnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menambahkan bahwa peningkatan curah hujan akibat gangguan fenomena atmosfer tidak akan terjadi berhari-hari dan diprediksi hanya 1-3 hari di setiap wilayah. Di mana saat ini wilayah Jakarta, Banten, yang pada pekan kemarin diguyur hujan lebat saat ini sudah mulai cerah kembali.
“Kondisi tersebut diprediksikan akan menurun, dimana wilayah Jawa, Banten, Bali, dan Nusa Tenggara akan kembali mengalami kondisi musim kemarau yang normal,” ujar Guswanto.