sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Derita Masyarakat China Akibat Kebijakan Zero-covid

News editor Febrina Ratna
29/10/2022 06:00 WIB
Pemerintah China menyegel gedung, mengunci distrik, dan membuat jutaan warga kesulitan karena upaya menghentikan Covid-19 menyebar luas.
Derita Masyarakat China Akibat Kebijakan Zero-covid. (Foto: MNC Media)
Derita Masyarakat China Akibat Kebijakan Zero-covid. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kota-kota di China, mulai dari Wuhan hingga Xining di barat laut, kembali menggandakan pembatasan kegiatan akibat Covid-19. Pemerintah menyegel gedung, mengunci distrik, dan membuat jutaan warga kesulitan akibat upaya menghentikan wabah yang meluas.

Dilansir dari Reuters pada Jumat (28/10/2022), China mencatat lebih dari 1.000 kasus baru dalam tiga hari berturut-turut. Hal ini memicu terjadinya pembatasan berbagai daerah di China tidak terkecuali Shanghai.

Meskipun masih terhitung skala kecil, kebijakan Zero Covid yang ditetapkan oleh pemerintah telah membebani ekonomi negara tersebut. Padahal, China merupakan ekonomi kedua terbesar di dunia.

Guangzhou yang merupakan kota penggerak ekonomi terbesar keempat di China telah melakukan pembatasan selama empat minggu berturut-turut. Itu karena beberapa daerah dianggap memiliki risiko tinggi menyebarkan virus corona.

Kebijakan itu memaksa masyarakat tidak bekerja dan perputaran ekonomi melemah. "Banyak teman dan rekan kerja saya berada di rumah akibat lockdown," kata warga Guangzhou, Lily Li, 28 tahun.

"Situasinya masih belum stabil. Banyak tempat berada di bawah pembatasan. Kelas telah berhenti dan tempat hiburan juga berhenti beroperasi. Gym yang sering saya kunjungi juga telah ditutup," tambahnya.

Menurut Nomura Pada 24 Oktober 2022, 28 kota menerapkan berbagai tingkat pembatasan, dengan sekitar 207,7 juta orang terdampak di wilayah dengan perputaran ekonomi sekitar 25,6 triliun yuan (USD3,55 triliun) produk domestik bruto (PDB) Tiongkok.

Itu setara dengan hampir seperempat dari pemasukan ekonomi China 2021. Saham China turun tipis pada Kamis karena wabah dan data menunjukan sentimen kalau sektor industri babak belur akibat pembatasan Covid.

Wuhan Memburuk

Wuhan yang merupakan lokasi awal wabah Covid-19 menyebar kini melaporkan sekitar 20 sampai 25 kasus baru per hari. Hal ini mendorong pemerintah untuk melakukan pembatasan terhadap 800.000 warganya selama seminggu.

"Saya tidak tahu harus berbuat apa. Jika kita masih bisa bertahan hidup seperti ini maka saya kira itulah yang akan kita lakukan," kata seorang warga Wuhan bermarga Chang, 38 tahun.

"Ketika kita melihat berita-berita tentang Covid ini, kita sekarang merasa agak mati rasa. Kami merasa mati rasa untuk itu semua. Kami merasa semakin mati rasa," sambungnya.

Penjualan daging babi di Wuhan juga dihentikan sementara, setelah otoritas berwenang menemukan penyebaran Covid yang terkait dengan penjualan daging babi lokal.

Di Xining, ibu kota provinsi Qinghai, postingan media sosial menceritakan kekurangan makanan dan kenaikan harga barang-barang pokok. Setelah otoritas kesehatan di kota berpenduduk 2,5 juta orang itu berlomba untuk menahan kenaikan kasus Covid-19 setelah liburHari Nasional selama seminggu pada awal Oktober.

"Untuk mengurangi risiko penularan, beberapa toko sayur dan buah telah ditutup dan dimasukkan ke dalam karantina," kata seorang pejabat pemerintah Xining pada Rabu.

Kota-kota besar lainnya di seluruh China termasuk Zhengzhou, Datong dan Xian telah menerapkan pembatasan baru pada minggu ini untuk mengendalikan wabah lokal.

Di Beijing, taman hiburan Universal Resort ditutup pada Rabu setelah satu pengunjung dinyatakan positif terkena virus corona. Pemerintah China telah berulang kali menyatakan komitmen terhadap kebijakan Zero Covid-19 dan menerapkan langkah-langkah untuk menahan penyebaran virus.

"Begitu ada kasus di suatu tempat, dan kemudian Anda menjadi kontak dekat, Anda harus berada di karantina," kata warga Beijing Wen Bihan, 26, yang sebelumnya telah diisolasi di fasilitas karantina pada dua kesempatan berbeda.

Penulis: Ahmad Fajar

(FRI)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement