Dokumen tersebut menyatakan bahwa AS memperoleh informasi ini melalui penyadapan, yang menunjukkan bahwa intelijen AS melakukan pengintaian terhadap salah satu sekutunya yang paling penting di Timur Tengah tersebut, seperti yang dilaporkan oleh Reuters.
Dokumen lain memberikan detail mengenai diskusi internal antara para pejabat senior Korea Selatan (Korsel) terkait tekanan AS agar Seoul membantu memasok senjata ke Ukraina. Korsel selama ini menolak melakukan hal tersebut.
Pejabat Korsel mengakui bahwa dokumen yang bocor menunjukkan intelijen AS memata-matai sekutunya di Seoul. Mereka berencana untuk berkonsultasi dengan AS mengenai isu-isu yang timbul akibat kebocoran ini.
Para pejabat mengatakan kepada Reuters bahwa luasnya topik yang dibahas dalam dokumen-dokumen tersebut, yang menyinggung perang di Ukraina, Cina, Timur Tengah dan Afrika, menunjukkan bahwa dokumen-dokumen tersebut mungkin dibocorkan oleh pihak dari AS dan bukan dari negara sekutunya. Namun, ada kemungkinan bahwa beberapa dokumen dimanipulasi terlebih dahulu sebelum dipublikasikan.
Sebagai contoh, pada salah satu dokumen disebutkan bahwa sekitar 16.000-17.500 tentara Rusia tewas dalam pertempuran di Ukraina. Namun, pejabat pertahanan AS menyatakan bahwa Rusia mencatat lebih dari 200.000 korban.
(WHY/Anggerito Kinayung Gusti)