sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ikut Produksi Vaksin Covid-19, Mengapa Tingkat Vaksinasi China Rendah?

News editor Febrina Ratna
05/12/2022 18:55 WIB
China masih berkutat dengan kenaikan kasus Covid-19 meskipun menerapkan kebijakan yang ketat. Itu karena tingkat vaksinasi di negara itu rendah.
Ikut Produksi Vaksin Covid-19, Mengapa Tingkat Vaksinasi China Rendah? (Foto: MNC Media)
Ikut Produksi Vaksin Covid-19, Mengapa Tingkat Vaksinasi China Rendah? (Foto: MNC Media)

IDXChannel China masih berkutat dengan kenaikan kasus Covid-19. Meskipun menerapkan kebijakan yang cukup ketat.

Salah satu faktor meningkatnya penyebaran virus corona di China karena jumlah orang yang mengikuti vaksinasi masih cukup rendah. Padahal, negara itu memproduksi vaksin Covid-19 sendiri.

Lalu, apa yang menyebabkan tingkat vaksinasi Covid-19 di China rendah? Simak ulasan berikut ini:

Kesulitan Vaksinasi Bagi Lansia

Berbeda dengan Indonesia yang berupaya menjangkau sebanyak-banyaknya lansia untuk divaksinasi Covid-19, China justru kesulitan untuk mendorong para orang tua untuk disuntik.

Namun, protes besar-besaran yang baru-bari ini terjadi memaksa Pemerintah China semakin getol meningkatkan kampanye vaksinasi untuk para lansia.

Dikutip dari BBC pada Senin (05/12/2022), rendahnya angka vaksinasi pada lansia menjadi hambatan utama bagi China untuk melonggarkan kebijakan zero-Covid.

Berapa banyak orang tua yang divaksinasi?

China telah mengakui rendahnya vaksinasi pada lansia memungkinkan resiko kematian dan sakit yang lebih parah dibandingkan dengan kelompok yang berusia muda.

Tingkat vaksinasi lansia di China jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Dalam tiga bulan terakhir 80% lansia di Inggris sudah menerima vaksinasi lengkap dengan booster.

Data bulan April 2022 menunjukkan hanya sekitar 20% lansia dari total populasi China yang menerima dua dosis ditambah vaksin booster. Sementara di bawah 50% dari kelompok 70-79 termasuk dalam kategori ini.

Namun, data terbaru yang dirilis oleh pihak berwenang setelah protes besar-besaran, jumah vaksinasi lengkap hingga booster untuk lansia naik menjadi 40%.

Meski begitu, China telah mengumumkan rencana untuk meningkatkan vaksinasi di kalangan lansia. Dalam pengumuman itu diperkirakan 90% lansia di atas 80 tahun bakal mendapatkan dua dosis pada Januari dan booster jika memungkinkan.

Mengapa lebih banyak orang tua tidak divaksinasi?

Prof Liang Wannian Kepala Panel Covid China mengatakan kepada BBC bahwa keraguan vaksin di antara para lansia merupakan masalah utama. "Banyak orang tua memiliki penyakit yang mendasarinya. Mereka menganggap tidak akan aman untuk divaksinasi. Tapi nyatanya aman." ujarnya.

Selain itu, China tidak seperti negara lain yang menargetkan lansia terlebih dahulu. Negara tersebut justru memprioritaskan populasi usia kerja ketika memulai peluncuran vaksinnya pada akhir 2020.

Pengujian vaksin yang dilakukan di luar China, yaitu di negara-negara dengan populasi yang lebih banyak, juga memberikan pada usia produktif, sehingga kurangnya data tentang efektivitas dan keamanan vaksin bagi lansia.

Prof George Liu dari La Trobe University di Melbourne juga mengatakan infrastruktur untuk masyarakat tidak kalah penting untuk peluncuran vaksin. Dia menambahkan jika hal tersebut kurang mendukung bagi lansia di China.

"Tidak seperti imunisasi yang direncanakan untuk anak-anak, fasilitas kesehatan masyarakat tidak memiliki daftar nama lengkap dan jadwal untuk orang tua, dan mereka tidak memiliki proses yang ada untuk memastikan cakupan vaksinasi yang tepat bagi mereka," ujarnya.

Vaksin buatan lokal juga kurang dipercaya karena serangkaian skandal kesehatan dalam beberapa tahun terakhir. Termasuk masalah keamanan dan standar produksi untuk vaksin rabies, difteri, dan tetanus.

Apakah vaksin buatan China efektif?

China telah mengembangkan dan memproduksi vaksinnya sendiri, yang menggunakan bentuk virus yang tidak aktif untuk meningkatkan imunitas tubuh melawan seluruh virus.

Meskipun efektif, ini tidak sebagus vaksin mRNA yang digunakan di tempat lain di dunia, yang menjadi bagian penting dari virus yang menginfeksi sel-sel tubuh.

Penelitian menunjukkan dua dosis vaksin mRNA Pfizer/BioNTech akan memberikan perlindungan 90% terhadap penyakit serius atau kematian, tetapi 70% untuk dua dosis Sinovac, salah satu vaksin China yang paling banyak digunakan.

Dan periode penguncian yang lama di China berarti bahwa interaksi orang jauh lebih sedikit Ini berarti bagi mereka yang telah divaksinasi, ada lebih sedikit paparan virus, dan begitu sedikit manfaat dari "kekebalan hibrida" - yaitu perlindungan melalui kombinasi vaksinasi dan interaksi virus itu sendiri.

"Ini adalah tembok perlindungan yang dibangun ... melalui paparan alami dan vaksin yang efektif, yang telah membuat Covid menjadi sesuatu yang sebagian besar dunia sekarang mau jalani," kata reporter BBC Health and Disinformation Rachel Schraer.

Ditambah fakta bahwa varian baru Omicron telah muncul, yang menyebar bahkan di antara yang divaksinasi, dan itu membuat prospek menghilangkan virus semakin kecil.

Mengapa China tidak menggunakan vaksin Barat?

Saat vaksin vaksin pertama kali diluncurkan pada awal pandemi, China membuat permainan besar tentang upaya produksi vaksin di dalam negeri. Tahun lalu China mengklaim jika setengah stok vaksin dunia berasal dari negara tersebut.

Tidak heran jika China lebih memilih menggunakan vaksin miliknya dibanding vaksin buatan negara lain. Jerman mendesak China untuk menggunakan vaksin mRNA yang dikembangkan oleh barat. Namun vaksin tersebut sangat sulit didapatkan kecuali untuk turis asing.

China diyakini sedang mengembangkan vaksinnya sendiri menggunakan teknologi vaksin mRNA, tetapi tidak jelas kapan vaksin tersebut tersedia bagi masyarakat.

Penulis: Ahmad Fajar

(FRI)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement