Selain jutaan penganggur, ILO mengatakan, 473 juta orang tahun lalu menghentikan usaha mencari pekerjaan. Alasannya, harapan mereka pupus untuk mendapat pekerjaan atau mereka memiliki kewajiban lain seperti merawat anak-anak.
Untuk pertama kalinya sejak tahun 70an, Tomei mengatakan, kondisi stagflasi, yakni inflasi yang tinggi dan pertumbuhan yang rendah, mengancam produktivitas dan pemulihan pasar tenaga kerja.
”Perang Ukraina, ketegangan geopolitik, gangguan pada rantai pasokan, inflasi tinggi, pengetatan kebijakan moneter, dan ketidakpastian, semuanya menyumbang pada prospek pekerjaan yang suram,” imbuhnya.
ILO melaporkan, pekerja muda, usia 15 sampai 24 tahun, akan menghadapi kesulitan besar dalam mendapat pekerjaan. Mereka tiga kali lebih besar kemungkinan akan menganggur dibandingkan pekerja usia dewasa. Ditambahkan, perempuan muda akan lebih buruk lagi nasibnya dibandingkan laki-laki. ILO mencatat hanya 47,4 persen perempuan ikut serta dalam korps pekerja global tahun lalu dibandingkan dengan 72,3 persen untuk laki-laki.
(DKH)