IDXChannel - Minimnya pemahaman masyarakat terkait pencegahan dini dengan skrining dinilai membuat penyakit diabetes melitus (DM) di Indonesia kembali meningkat.
Asal tahu saja, belakangan di Indonesia terjadi peningkatan kasus penyakit diabetes melitus (DM) sampai 70 kali lipat.
Demikian disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Adib Khumaidi SpOT.
Menurutnya, diperlukan edukasi untuk masyarakat bagaimana skrining untuk penyakit DM. Sehingga, tidak terjadi peningkatan kasus secara signifikan.
"Kalau terkait dengan medis, seperti diabetes pada anak, dari profesi IDAI, pemerintah Kemenkes, ini contoh kolaborasi yang dibangun dengan baik. Di mana pemerintah memberikan risiko penyakit ke depan, diabetes, stunting, penyakit endokrin pada anak perlu diedukasikan ke masyarakat, sebagai bagian dari pencegahan, Masalah diabates pada anak ini belum begitu banyak diketahui," jelas dr Adib saat ditemui dalam Konferensi Pers terkait RUU Kesehatan Omnibus Law di Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (7/2/2023).
Mengapa terjadi kenaikan 70 kali lipat? Menurut dr Adib, penyakit DM bisa diakibatkan dua hal yaitu gaya hidup dan juga faktor genetik (bawaan). Hal ini pun, tidak dijelaskan lebih lanjut, tetapi penyakit DM bisa dicegah.
"Upaya pecegahan dilakuan tidak hanya bicara soal makanan tapi faktor keturunan ini harus jadi perhatian. Sekarang ada komite khusus yang dibuat pemerintah melibatkan organisasi profesi kami mendukung, kemudian menjadi kepakaran diabetes anak ini harus sounding pelatihan ke masyarakat, agar lebih aware," jelas dr Adib.
Sebelumnya, Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI, Dr Muhammad Faizi, SpA(K), menjelaskan bahwa dari data yang terlapor, Jakarta dan Surabaya menjadi salah satu Kota paling tinggi penderita DMnya. Meskipun, dia tidak menyebutkan secara rinci persentase per Provinsi, tapi ia menegaskan memang paling banyak menyerang Kota-kota besar.
"Totalnya 1.645 pasien jadi dari Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, Makassar dan Manado, ada 13 center yang melaporkan. Yang tinggi tentu Jakarta dan Surabaya, di center -center besar ya," jelas dr Faizi dalam Media Briefing Diabetes secara online bersama IDAI, Rabu (1/2/2023).
Sehubungan dengan itu, dr Faizi menambahkan, data dari IDAI belum secara keseluruhan di Indonesia, karena terbatas dengan jumlah tenaga kesehatan (nakes). Namun, ia memastikan datanya jika dilihat dari per tahun 2010 sampai 2023 itu naik sebanyak 70 kali lipat.
"Ya ini hanya di 13 kota tentu Indonesia ini luas sekali jadi bisa lebih banyak lagi. Jadi saya enggak bisa memperkirakan berapa banyak semuanya, ini data peningkatan dari 2010 sampai 2023-nya kalau kita itu kan 70 kali lipat," jelasnya.
(YNA)