IDXChannel - Kasus stunting di Jawa Timur (Jatim) masih cukup tinggi. Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan pada 2022 terdapat 23,5% balita di provinsi tersebut yang mengalami stunting.
Kabupaten Bangkalan tercatat sebagai wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Jatim dengan persentase 38,9%.
Diikuti Pamekasan 38,7%, Bondowoso 37%, Lumajang 30,1%, dan Sumenep 29%. Sedangkan Kota Surabaya prevalensi balita stunting mencapai 28,9%. Disusul Mojokerto 27,4%, Malang dan Kota Malang masing-masing 25,7%, dan Nganjuk sebesar 25,3%.
Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang. Hal itu mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Antara lain, tinggi badan anak terhambat dan lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengajak masyarakat untuk meningkatkan upaya penurunan angka stunting. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi protein hewani terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.
Hal tersebut selaras dengan peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-63 Tahun 2023 yang diperingati setiap 25 Januari.
"Protein hewani ini mengandung zat gizi lengkap, mulai asam amino, vitamin dan mineral yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak," ujar Khofifah,Selasa (25/1/2023).
Khofifah mengatakan perbaikan gizi ini sangat penting terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yakni sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia dua tahun.
Untuk itu mengonsumsi beragam makanan bergizi dan mengandung protein hewani setiap kali makan sangat dianjurkan.