Sebelumnya, KAI Commuter juga telah buka suara mengenai alasan memesan tiga rangkaian KRL baru senilai Rp 783 miliar dari perusahaan China, CRRC Sifang tersebut. Keputusan ini sekaligus menandai ditolaknya tawaran pengadaan KRL dari Jepang dan Korea Selatan (Korsel). Sebagaimana telah ramai diberitakan bahwa proposal awal pengadaan KRL yang diterima oleh KCI adalah dari produsen KRL asal Jepang yakni J-TREC.
Namun keputusan akhir untuk impor dari China menimbulkan dugaan bahwa adanya ancaman dari China Development Bank (CDB) yang akan menahan pemberian utang proyek Kereta Cepat Whoosh jika Indonesia pilih Jepang.
Vice President Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba menyebut, keputusan pengadaan impor rangkaian KRL baru dari CRRC Sifang telah mempertimbangkan sejumlah hal, dan tidak ada kaitannya dengan Kereta Cepat Whoosh.
Pertimbangan itu yakni nilai tawaran dari Jepang yang lebih mahal, spefisikasi kereta KRL yang bisa dipenuhi oleh CRRC, hingga persyaratan ketepatan waktu pengiriman (time delivery) yang sesuai dengan kebutuhan KAI Commuter.
"Ada spesifikasi teknis yang sangat mendekati dari CRRC, karena dia memang produksi benar-benar sesuai kebutuhan kita," kata Anne dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (6/1/2024).