"Tapi harus kita jaga karena waktunya pendek. Kita harus siapkan 'skill' kompetisinya, terlebih penduduk yang bekerja saat ini sebanyak 56 persen tingkat pendidikannya adalah S1 ke bawah bawah atau bekerja di sektor padat karya," tambah Ida.
Terlebih dengan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akhir-akhir ini, maka kebutuhan untuk meningkatkan keahlian tenaga kerja Indonesia semakin mendesak.
"PHK tinggi di industri padat karya seperti tekstil, alas kaki yang rata-rata dengan 'low skill' dan memang kebanyakan di antaranya adalah perempuan, itu tantangan kita. Jadi saat investasi dari China sudah cukup tinggi, yang harus kita pastikan adalah apakah kita sendiri siap dengan 'skill' sesuai dengan investasi yang masuk?" jelas Ida.
Kemenaker, menurut Ida, saat ini bekerja untuk menggarap pasar lapangan kerja baik di dalam maupun di luar negeri.
"Lapangan kerja di luar negeri juga kita garap serius karena saat ini kita mengalami bonus demografi ketika banyak negara mengalami 'aging population', mereka sedang kekurangan penduduk usia kerja jadi mereka melirik ke negara yang sedang mengalami bonus demografi termasuk Indonesia," tambah Ia.