Karier Politik
Pada tahun 1989, Jiang hampir pensiun sebagai sekretaris partai untuk Shanghai sebelum akhirnya direkrut oleh Deng Xiaoping untuk menyatukan partai dan negara. Dia menggantikan Zhao Ziyang yang diberhentikan karena berpihak kepada pengunjuk rasa di Tiananmen.
Dalam 13 tahun Jiang menjabat sebagai sekretaris partai, kekuatan ekonomi China bangkit dengan menyambut kapitalis ke dalam partai dan menarik investasi asing setelah bergabung dengan World Trade Organization (WTO). China melangkahi Jerman dan Jepang untuk menjadi kekuatan ekonomi kedua terbesar dunia setelah Amerika Serikat (AS).
Jiang merebut hadiah politik ketika Beijing terpilih sebagai lokasi Olimpiade Musim Panas 2008 setelah gagal dalam pencalonan sebelumnya.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres menyebut Jiang sebagai "pendukung teguh untuk keterlibatan internasional" dan mengingat " pribadinya yang hangat dan terbuka." Dewan Keamanan PBB menandai kematiannya dengan mengheningkan cipta selama satu menit.
Selain itu, Jiang dikenal sebagai sosok yang ceria dan senang bernyanyi, berbeda dengan penerusnya yang lebih pendiam, Hu Jintao dan Xi.
Dia berbicara dengan antusias jika bertemu dengan orang Inggris dan akan melafalkan Pidato Gettysburg untuk turis asing. Dalam kunjungan ke Inggris, ia mencoba membujuk Ratu Elizabeth II untuk karaoke.
Sebelum berkarir dalam politik dia lulus dari departemen mesin listrik Universitas Jiaotong di Shanghai pada tahun 1947, Jiang melanjutkan karirnya melalui di pabrik milik negara, kemudian pindah ke pabrik makanan, lalu pabrik pembuatan sabun dan pabrik mobil terbesar di China.
Sama seperti pejabat teknokratis lainnya, Jiang melewati masa Revolusi Kebudayaan 1966-76 yang ultra-radikal sebagai buruh tani. Kariernya kembali naik pada tahun 1983 ketika ia diangkat sebagai Menteri Industri Elektronik, kemudian menjadi kunci dari sektor yang tidak diharapkan pemerintah untuk mengundang investasi asing.
Sebagai Walikota Shanghai antara tahun 1985 dan 1989, Jiang mengesankan turis asing sebagai contoh baru pemimpin China yang terbuka dengan dunia luar.
Sebagai pejuang politik yang tangguh, Jiang menentang prediksi bahwa tugasnya sebagai pemimpin akan singkat. Dia mengonsolidasikan kekuasaan dengan mempromosikan anggota "faksi Shanghai"-nya dan memberi militer tambahan anggaran dengan persentase dua digit tiap tahun.
Jiang menjadi kunci utama membujuk kembali para pemimpin asing dan CEO yang pergi meninggalkan Beijing setelah tragedi Tiananmen. Ia juga menjadi penyebab reformasi gaya pasar ketika Deng kembali dari masa pensiunnya pada tahun 1992.
Jiang juga mendukung langkah yang diambil Perdana Menteri Zhu Rongji, pemimpin no. 3 Partai Komunis, dengan perubahan besar-besaran yang memotong 40 juta pekerjaan pada akhir 1990-an.
Zhu mengeluarkan kebijakan privasi perumahan di kota dan memicu ledakan pembangunan yang mengubah kota-kota di China menjadi hutan pencakar langit yang mendorong pertumbuhan ekonomi.
Setelah 12 tahun negosiasi, dan Zhu ke Washington melobi Presiden Clinton, untuk mendapat dukungan sehingga China bisa bergabung dengan WTO pada tahun 2001. Hal tersebut menarik para investor asing untuk datang ke China.
Terlepas dari citranya yang ramah, Jiang sangat berusaha menguasai kekuatan partai yang berkuasa. Target terbesarnya adalah Falun Gong, sebuah kelompok meditasi yang didirikan pada awal 1990-an.
Para pemimpin Tiongkok ketakutan dengan kemampuannya untuk menarik puluhan ribu pengikut, termasuk perwira militer. Meski begitu, aktivis yang mencoba membentuk oposisi Partai Demokrasi China, sebuah langkah yang diizinkan oleh hukum China, dijatuhi hukuman hingga 12 tahun penjara atas tuduhan subversi.
"Stabilitas di atas segalanya," perintah Jiang, dalam sebuah frasa yang digunakan penerusnya untuk membenarkan kontrol sosial yang intensif.
Berdiri di samping Raja Charles, Jiang mengambil kembali Hong Kong pada 1 Juli 1997 dan menjadi akhir dari 150 tahun kolonialisme Eropa. Wilayah yang dijajah Portugis di dekat Makau juga dikembalikan ke China pada tahun 1999.
Hong Kong dijanjikan otonomi yang menjadi angin segar bagi perusahaan China untuk berbisnis di luar negeri. Sementara itu, Jiang memaksa Taiwan untuk kembali karena dianggap sebagai provinsi yang memisahkan diri.
Saat pemilihan presiden langsung di Taiwan pada tahun 1996, pemerintah Jiang menembakkan rudal ke jalur pelayaran sebagai tindakan intimidasi. Amerika Serikat merespon dengan mengirim kapal perang sebagai bentuk dukungan untuk Taiwan.
Pada saat yang sama, perdagangan antara daratan dan Taiwan tumbuh menjadi miliaran dolar per tahun. Pada akhir 1990-an salah satu putra Jiang, Jiang Mianheng, membuat kontroversi di pengadilan sebagai pembuat kesepakatan telekomunikasi.
Para kritikus menuduh dia menyalahgunakan status ayahnya untuk menaikkan karirnya. Keluhan yang biasa terjadi kepada anak-anak pemimpin partai.
Jiang hidup bersama dua putra dan istrinya, Wang Yeping, yang bekerja di birokrasi pemerintah yang bertanggung jawab atas industri negara.
Jiang jarang muncul ke publik dan terakhir terlihat bersama dengan pemimpin saat ini dan para mantan pemimpin di atas Gerbang Tiananmen Beijing pada 2019 saat merayakan ulang tahun ke-70 kekuasaan Partai Komunis.
Penulis: Ahmad Fajar
(FRI)
(FRI)