Budi menjelaskan bahwa penularan Mpox seperti HIV dan Aids dimana harus ada kontak fisik. Dirinya juga menyebut bahwa mewabahnya mpox di Afrika dikarenakan anak-anak ataupun orang dewasa berbagai baju ataupun handuk dengan tempat tidur yang sama.
"Buat pengetahuan teman-teman, penularannya ini mirip HIV sama AIDS. Jadi terjadi di kelompok-kelompok tertentu dan hampir seluruhnya terjadi karena kontak fisik," kata Budi.
"Tadi Bapak Presiden sempat tanya 'Pak Menkes kalau ini mirip HIV-AIDS penularannya kontaknya fisik, kok banyak anak-anak banyak anak-anak?' karena di Afrika itu mereka sharing baju, sharing anduk, sharing selimut tidur di tempat tidur yang sama. Jadi kalau orang tuanya kena, anak-anak di Afrika itu jadi tertular karena kan cairannya juga akhirnya kena ke anaknya. Itu sebabnya kenapa di Afrika banyak anak-anak," ujarnya.
Saat ini, kata Budi, pemerintah akan mengaktifkan kembali Electronic Surveillance Card yang menurutnya seperti peduli lindungi saat covid. Nantinya para turis yang berasal dari luar negeri akan diberikan QR Code dengan menampilkan kode warna kuning, hijau dan merah.
"Jadi orang-orang datang dari luar negeri dia isi nanti dikasih QR Code kalau dia kuning, hijau, merah. Kalau hijau ya gak usah diapa-apain Kalau kuning, merah kita lihat suhunya, kalau ternyata memang tinggi dan ada ruam-ruam nanti diambil PCR. Kita sudah siapkan 2 mesin PCR yang bisa 30-40 menit di Jakarta, Cekareng dan di Bali. Karena ada acara Asia-Afrika Leaders Meeting," tuturnya.