IDXChannel - Virus SARs-COV-2 terus melakukan mutasi dengan melahirkan berbagai varian atau subvarian yang bisa memicu rasa khawatir, seperti varian Arcturus. Hadirnya varian ini berdekatan dengan momen lebaran di Indonesia.
Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan kemunculan varian Arcturus tidaklah berbahaya sehingga tidak harus dilakukan pengetatan.
Hal ini ia sampaikan karena ia baru saja dari India, di mana di sana pun juga tidak ada pengetatan. Namun, ia tetap mengimbau waspada, khususnya di daerah-daerah yang jadi akses pintu masuk-keluar (perbatasan) antar negara.
"Hanya memang untuk varian Arcturus ini dari India, kami juga dari pulang dari India, di sana juga tidak ada pengetatan. Tapi kami sudah langsung melakukan rapat internal perketat untuk daerah-daerah mana adanya orang dari negara yang terinfeksi," ujar dr Maxi kepada MNC Portal saat ditemui dalam acara Sosialisasi RUU tentang Kesehatan di Jakarta, Rabu (29/3/2023)
Dia pun menjelaskan lebih lanjut, apabila ada kasus prosedur dalam menanganinya tetap sama. Dengan melakukan testing Covid-19, karantina, dan whole genome sequencing (WGS).
Sebagaimana diketahui, varian baru bernama asli XBB.1.16 (Arcturus) kini telah terdeteksi di setidaknya 12 negara. Dengan kasus tertinggi di India, diikuti oleh Amerika Serikat, Brunei, Singapura, dan Inggris.
"Memang virus ada dari beberapa negara dan kalau ada gejala tentu harus dilakukan prosedur mulai dari karantina, periksa di swab PCR dan langsung diperiksa WGS," jelas dr Maxi.