Guswanto mengimbau masyarakat yang berada di wilayah selatan ekuator, khususnya Pulau Jawa, Nusa Tenggara, dan sebagian wilayah Sumatera, perlu meningkatkan kewaspadaan. Pasalnya, wilayah-wilayah ini memiliki karakteristik permukaan lebih cepat menyerap panas dan relatif lebih kering.
"Sehingga lebih rentan mengalami akumulasi panas ekstrem pada siang hari," katanya.
Guswanto juga meminta masyarakat mewaspadai dampak cuaca panas ekstrem seperti dehidrasi dan heat stroke yang menjadi risiko utama, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, serta pekerja yang beraktivitas di luar ruangan dalam waktu lama.
"Selain itu, suhu tinggi yang berlangsung terus-menerus dapat memicu kekeringan lokal dan menyebabkan berkurangnya ketersediaan air bersih di sejumlah wilayah, yang berdampak pada aktivitas harian dan kesehatan masyarakat," kata Guswanto.
"Dalam jangka yang lebih luas, kondisi cuaca yang panas dan kering juga meningkatkan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla), khususnya di daerah-daerah yang rawan dan minim curah hujan dalam beberapa waktu ke depan," lanjutnya.
(Febrina Ratna Iskana)