sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

PBNU: Gerakan Boikot Produk Pro Israel Tak Cukup Hentikan Konflik di Gaza

News editor Widya Michella
21/11/2023 16:55 WIB
PBNU mengungkapkan, gerakan boikot tidak cukup untuk mengehentikan konflik antara Israel-Palestina.
PBNU: Gerakan Boikot Produk Pro Israel Tak Cukup Hentikan Konflik di Gaza. (Foto MNC Media)
PBNU: Gerakan Boikot Produk Pro Israel Tak Cukup Hentikan Konflik di Gaza. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengungkapkan, gerakan boikot tidak cukup untuk mengehentikan konflik antara Israel-Palestina. Meskipun gerakan itu dapat meningkatkan perhatian politik di tengah masyarakat.

"Gerakan boikot cukup penting untuk mendapatkan perhatian politik dan saya kira sekarang juga sudah. Tapi ini tak cukup," kata Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau disapa Gus Yahya dalam acara Road to ISORA di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (21/11/2023).

Menurut dia, hal ini dikarenakan pihak yang pro Israel juga dapat melakukan hal yang sama. Bahkan, pemboikotan balik kerap kali dilakukan oleh aktor-aktor besar.

"Seperti Disney, Sony Pictures memboikot X (Twitter) karena X menayangkan posting-posting dari gaza. Mereka boikot X dan cabut iklan dari X, mereka melakukan boikot terhadap yang mendukung Palestina," ucapnya.

Sehingga, tindakan itu hanya bersifat resiprokal dan tidak ada jalan keluar atas tindakan tersebut. Dengan demikian, forum R20 International Summit of Religious Authorities (ISORA) pada Senin (27/11/2023) mendatang diharapkan dapat menggerakkan para aktor global dan tokoh-tokoh agama untuk menyuarakan gencatan senjata di Palestina.

"Ini yang kita sampaikan terus menerus yang bicara ini bukan cuma kita aja tapi semua pihak di seluruh dunia. Apalagi yang tergabung dalam R20 ini, Mereka juga tak henti-hentinya meneriakkan tuntutan yang sama," tuturnya. 

Lebih lanjut, Gus Yahya menyampaikan, ISORA akan membahas mengenai masalah fundamental konflik yang masih terjadi sampai sekarang bahkan semakin parah di Timur Tengah, yaitu melemahnya tatanan internasional yang seharusnya menjadi aturan internasional dan disepakati negara-negara.

"Memberikan solusi berkelanjutan yang kita hadapi bersama," kata Gus Yahya.

Gus Yahya menegaskan, masalah ini bukan hanya terjadi pada satu kelompok saja, tapi masalah bagi kemanusiaan. "Jika kemanusiaan tidak bisa menyelesaikan masalah Palestina, maka kemanusiaan itu gagal pada dirinya sendiri," katanya.

Namun, Gus Yahya meyakini kemanusiaan masih dapat dan patut untuk membantu. "Kita tidak boleh berhenti (bertindak) sampai menemukan solusi untuk masalah saudara-saudara kita di Palestina dan seluruh orang yang menghadapi masalah sama," ujarnya.

Gus Yahya berharap ini dapat secara berkelanjutan bekerja bersama menyelesaikan masalah konflik dan berjuang untuk kehidupan internasional yang lebih damai dan harmonis.

"Ini nanti kita berharap hasil ISORA bukan hanya pernyataan bersama, tapi kesepakatan bertindak dalam jangkauan masing-masing untuk mempengaruhi dinamika sekarang," pungkasnya.

Sementara itu, Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair al-Shun menyampaikan, dunia butuh perdamaian yang sesungguhnya. Orang tidak akan percaya apa yang terjadi di Gaza, Palestina hari-hari ini, yaitu sebuah genosida, holocaust baru, dan kriminal yang dilakukan Israel.

"Orang-orang dibunuh sampai hari demi hari. Kita berharap ini sudah terakhir," ujarnya.

Rencananya, kegiatan yang akan dibuka secara langsung oleh Presiden Joko Widodo ini akan diikuti 150 partisipan dengan 40 di antaranya dari luar negeri. Kegiatan ini akan mengangkat tema "Peran Agama dalam Mengatasi Kekerasan di Timur Tengah dan Ancaman terhadap Tatanan Internasional Berbasis Aturan".

Kegiatan ini bakal menghadirkan empat narasumber kunci, yakni (1) Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, (2) Grand Syekh Al-Azhar Syekh Ahmad al-Thayyeb, (3) Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia (MWL) Syekh Mohammed bin Abdul Karim al-Issa, dan (4) Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gueterres (dalam konfirmasi).

(YNA)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement