IDXChannel - Pendapatan minyak Rusia anjlok 27 persen, tepat ketika sanksi baru Amerika Serikat (AS) semakin menyulitkan penjualan.
Dilansir dari Business Insider pada Minggu (9/11/2025), nilai tukar rubel yang lebih kuat, harga minyak mentah yang lemah, dan tekanan Barat juga menekan kas militer Kremlin.
Armada laut bayangan Moskow menjaga ekspor minyak tetap berjalan, tetapi dengan diskon yang lebih besar dan biaya yang lebih tinggi.
Menurut data dari Kementerian Keuangan Rusia, pendapatan minyak dan gas anjlok 27 persen pada Oktober dibandingkan tahun sebelumnya.
Moskow mengumpulkan 888,6 miliar rubel dalam bentuk pajak minyak dan gas bulan lalu, turun dari sekitar 1,2 triliun rubel pada Oktober 2024.
Selama 10 bulan pertama 2025, pendapatan minyak dan gas mencapai 7,5 triliun rubel, turun dari 9,5 triliun rubel pada periode yang sama tahun lalu, penurunan lebih dari 2 triliun rubel atau 21 persen.
Tekanan tersebut diperkirakan akan semakin intensif. Pada akhir Oktober, Departemen Keuangan AS memberikan sanksi kepada divisi keuangan Rosneft dan Lukoil, perusahaan minyak terbesar Rusia, yang bersama-sama menghasilkan sekitar 3 juta barel per hari, hampir setengah dari ekspor minyak laut negara itu.
Meskipun awalnya terdapat kekhawatiran bahwa pembatasan baru tersebut dapat memperketat pasokan global dan mendorong kenaikan harga, pasar sebagian besar mengabaikannya setelah lonjakan awal.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS diperdagangkan sekitar USD60 per barel, sementara minyak mentah Brent internasional berkisar di angka USD64, keduanya turun sekitar 15 persen sepanjang tahun ini di tengah melimpahnya pasokan dan lesunya permintaan. (Wahyu Dwi Anggoro)