“Meski Putin menelpon langsung Jokowi, ketidakhadirannya secara langsung membuat KTT G20 berpeluang tidak mencapai komunike bersama. Gimana mau sepakat, Rusia sebagai salah satu pemain penting malah tak hadir!” tuturnya.
Ketidakberhasilan KTT G20 mencapai komunike bersama akan membuat negara-negara peserta G-20 termasuk Indonesia cenderung mengambil tindakan yang bersifat orientasi ke dalam (inward-oriented policies).
“Hal ini tidak lepas dari kondisi pemulihan ekonomi secara global yang tidak berjalan baik pasca epidemi Covid-19 yang terganggu akibat perang yang dilancarkan Rusia kepada Ukraina. Jangan heran hasil akhir G-20 akan cenderung seremonial serupa KTT-Asean di tangan Kamboja,” tuturnya.
Pada sisi lain, ketidakhadiran Putin secara langsung ke Bali harusnya membuat Jokowi jujur dalam pertimbangan geopolitik regional khususnya hubungan dengan Tiongkok sebagai sekutu Rusia yang sebetulnya tak sekuat yang disebutkan selama ini.
Data perdagangan Rusia-Tiongkok yang bisa diakses secara mudah menunjukkan Rusia hanya menyumbang 2 persen dari perdagangan Tiongkok pada tahun 2021. Jumlah itu sangat kecil dibandingkan hubungan perdagangan Beijing dengan Amerika Serikat dan Eropa yang mencapai 26 persen pada 2021.