sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

RI Kekurangan 120 Ribu Dokter, Wamenkes Dorong Mahasiswa Kedokteran Diperbanyak

News editor Binti Mufarida
17/09/2024 17:38 WIB
Kemenkes mendorong agar mahasiswa jurusan kedokteran diperbanyak untuk memenuhi defisit dokter yang mencapai 120 ribu orang.
Wamenkes mendorong agar mahasiswa jurusan kedokteran diperbanyak untuk memenuhi defisit dokter yang mencapai 120 ribu orang. (Foto: MNC Media)
Wamenkes mendorong agar mahasiswa jurusan kedokteran diperbanyak untuk memenuhi defisit dokter yang mencapai 120 ribu orang. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, sistem kesehatan Indonesia belum optimal karena kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM). Saat ini, Indonesia dinilai butuh ratusan ribu dokter umum sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan.

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan, Indonesia saat ini kekurangan sekitar 120 ribu dokter umum. Idealnya, dokter umum yang dibutuhkan mencapai 270 ribu orang.

“Sebenarnya yang paling ada di garda terdepan bukan soal dokter spesialis tapi dokter umumnya. Dokter umumnya saat ini jumlahnya yang ada di Indonesia itu sekitar 150 ribu orang. Kita masih kekurangan 120 ribu orang lagi,” ujar Dante dalam sebuah dialog yang digelar Selasa (17/9/2024).  

Pria yang berlatar belakang dokter spesialis penyakit dalam itu mengatakan, angka kebutuhan dokter umum tersebut berdasarkan perhitungan dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. Menurut lembaga di bawah PBB itu, setiap negara harus memiliki satu dokter untuk setiap 1.000 penduduk.

"Rasionya adalah 0,47 per 1.000 penduduk. Nah, 120 ribu (defisit) ini harus terpenuhi secepat mungkin," katanya.

Namun, kata Dante, tak mudah untuk memperbanyak dokter umum di Indonesia mengingat fakultas kedokteran di Indonesia hanya menghasilkan sekitar 12 ribu orang per tahun. Dengan kata lain, butuh sepuluh tahun untuk mencapai target tersebut belum dihitung dokter yang pensiun.

Oleh karena itu, Dante mengatakan, Kemenkes mendorong agar kuota penerimaan kuliah kedokteran umum dari kampus yang sudah ada dibuka seluas-luasnya. Kemudian, perlu kajian untuk membuka fakultas kedokteran baru dengan sistem akademik survei.

“Terus yang ketiga adalah memberikan beasiswa kepada putra-putri terbaik di daerah untuk bisa melanjutkan pendidikan dokter di tempat-tempat yang ada pendidikan dokter, dengan syarat dia harus kembali lagi (ke daerahnya),” ujarnya.

(Rahmat Fiansyah)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement