Untuk yang paling sedikit mempunyai RDTR, rata-rata berada di pulau Jawa lantaran kurangnya demand akan Investasi dan potensi pariwisata.
"Yang paling tidak rata-rata luar Jawa, saya tidak bisa mengatakan satu satu, karena memang dorongan untuk investasi tidak terlalu tinggi, kecuali Kalimantan, karena memang ada IKN," lanjutnya.
Menurutnya, ada beberapa hambatan yang membuat proses penerbitan RDTR memakan waktu, selain dari demand investasi. Seperti masalah anggaran dan sumber daya manusia.
"Walaupun kecil sekali, kurang lebih 5000 hekatre (1 RDTR) itu hanya membutuhkan Rp5 miliar, tetapi ketika Komitmen, awareness, karena barang tidak nyata, jadi tampaknya masih berada di belakang layar," pungkasnya.
(DES)