"Sepanjang sejarah, kita pernah punya pengalaman yang dulu namanya Ujian Penghabisan yang itu memang menjadi penentu kelulusan, pernah juga kita punya namanya Ujian Nasional atau Ujian Negara dan Ujian sekolah," katanya.
"Kita pernah punya pengalaman Ebta dan Ebtanas, itu tidak penentu kelulusan tapi berapapun nilainya itu adalah nilai yang mereka peroleh sehingga dulu ada istilah namanya Nilai Ebtanas Murni karena ada NEM itu," ujarnya
Kemudian, kata Mu'ti, pemerintah menerapkan Assessmen Nasional (AN) berbasis komputer berbentuk sampling dan tidak menjadi penentu kelulusan. Namun dikarenakan AN ini bersifat sampling, justru dianggap sebagai nilai dari sekolah.
"Nah sekarang kan dinilai oleh banyak pihak itu belum memadai. Misalnya, waktu kami ketemu dengan tim seleksi nasional masuk perguruan tinggi, mereka memerlukan hasil belajar yang sifatnya individual," katanya.
(Rahmat Fiansyah)