Terlebih, komponen subsidi BBM dan listrik dalam APBN masih cukup besar dan sensitif terhadap perubahan harga minyak mentah dunia.
“Meskipun kami melihat dampaknya untuk saat ini masih berada dalam batas yang relatif terjaga,” katanya.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi pengeluaran untuk subsidi energi dan non energi hingga 31 Mei 2025 mencapai Rp66,1 triliun. Angka ini lebih rendah 15,1 persen dari realisasi pada periode yang sama tahun lalu.
Selain kondisi fiskal, kondisi geopolitik di Timur Tengah berisiko mendorong keluarnya arus modal asing dari Indonesia, sebagai emerging market.
“Hal ini dapat semakin menekan nilai tukar serta menimbulkan volatilitas di pasar,” kata dia.
(Febrina Ratna Iskana)