IDXChannel - Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) akan menggelar Muktamar IAEI V sekaligus Sarasehan Ekonomi Islam Indonesia selama tiga hari, mulai 15-17 Mei 2025.
Kepala Center for Sharia Economic Development (CSED) INDEF, Nur Hidayah, menyatakan Muktamar IAEI merupakan forum penyusunan peta jalan dan arah baru bagi pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.
“Ini adalah momentum yang sangat penting bagi perkembangan ekonomi dan keuangan syariah. Karena IAEI merupakan organisasi yang mewadahi akademisi, birokrat, dan praktisi yang concern dengan pengembangan ekonomi syariah,” ujar Nur dalam konferensi pers, Selasa (14/5/2025).
Menurutnya, meskipun sektor ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia sudah menunjukkan pertumbuhan positif, tetapi sejumlah tantangan masih membayangi.
Nur menekankan pentingnya reorientasi ekonomi syariah ke arah yang lebih menyeluruh. “Ini harus dimulai dari perubahan paradigma makro, bukan sekadar reformasi kelembagaan,” kata dia.
CSED INDEF melihat perlunya penyusunan landscape struktural yang lebih mendukung kontribusi sektor ekonomi dan keuangan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Hal ini mencakup perlunya orkestrasi kebijakan yang lebih sistemik antar-regulator, pelaku industri, dan akademisi.
“Sesungguhnya kita masih kekurangan orkestrasi kebijakan dan arah besar yang sistemik yang dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah,” kata Nur Hidayah.
CSED INDEF mendorong agar Muktamar IAEI menghasilkan strategi besar yang berlandaskan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), dan prinsip-prinsip Maqashid Syariah.
Salah satu usulan penting yaitu perlunya Undang-Undang Ekonomi Syariah Nasional yang menjadi dasar hukum lintas sektoral untuk pembangunan ekosistem syariah.
Penasihat CSED INDEF, Abdul Hakim Najah menyampaikan harapan agar muktamar ini menjadi titik balik posisi Indonesia dalam peta ekonomi syariah global.
“Saya kira mestinya Indonesia memang berada di pusat, menjadi pusat ekonomi syariah global,” ucapnya.
(Febrina Ratna Iskana)