sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

AI Berpotensi Dorong Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Technology editor Kunthi Fahmar Sandy
30/10/2025 19:11 WIB
ISACA Indonesia Chapter mendorong peningkatan kolaborasi keamanan siber di Indonesia.
AI Berpotensi Dorong Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen (FOTO:Dok ISACA/ist)
AI Berpotensi Dorong Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen (FOTO:Dok ISACA/ist)

IDXChannel - Teknologi AI berpotensi menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen. Kepercayaan digital kini menjadi aset utama dalam perekonomian modern.

Namun harus dipastikan, bahwa AI tidak hanya membantu dalam memanfaatkan berbagai peluang, tetapi juga harus tetap berada dalam koridor yang bertanggung jawab. 

Hal tersebut diungkapkan Governance, Audit & Ethic Committee of ISACA Indonesia Chapter, Isnaeni Achdiat saat konferensi tahunan GRACS IPSS 2025 (Governance, Risk, Assurance, and Cybersecurity Summit & Indonesia Privacy and Security Summit) yang berkolaborasi dengan Grab Indonesia dan OVO Kamis (31/10/2025).

Dia pun menekankan pentingnya membangun kepercayaan digital, termasuk penggunaan AI yang bertanggung jawab. “Kami mendorong penerapan AI yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila — sebuah pendekatan yang menuntut etika dan tanggung jawab dari para pengembang serta pemangku kepentingan," ujarnya.

Di sisi lain, Information Systems Audit and Control Association (ISACA) Indonesia Chapter mendorong peningkatan kolaborasi keamanan siber di Indonesia. ISACA juga terus mendorong penerapan tata kelola, manajemen risiko, dan keamanan informasi yang kuat di ekosistem digital Indonesia.

Rusdi Rachim, CISO Maybank Indonesia menyebut, saat ini Indonesia menghadapi Reality Check di mana tekanan terhadap keamanan siber datang dari berbagai arah, mulai dari attack surface yang meluas, tuntutan regulasi, hingga ekspektasi pelanggan. 

"Dalam mengelola krisis, pola yang umum adalah adanya trigger seperti data leak, yang kemudian diperparah oleh atensi media dan coordination gap internal. Kunci untuk Managing Crisis adalah Preparation dengan playbook yang teruji, Crisis Command yang terstruktur, Communication yang transparan kepada regulator dan pelanggan, serta Post-Incident Learning," ujar dia.

Sementara Deputi Bidang Keamanan Siber dan Sandi Perekonomian BSSN, Slamet Aji Pamungkas menambahkan, paradigma keamanan siber nasional harus bergeser. "Kita perlu melihat cybersecurity sebagai sebuah investasi, bukan sekadar biaya," katanya.

Menurut dia, keamanan siber tidak bisa dilakukan secara bottom up, tapi harus top down. Begitu manajemen gagal, ke bawahnya juga gagal. 

“Kita perlu beralih From Risk to Resilience, karena fakta di lapangan menunjukkan bahwa Supply Chain Is Still the Weakest Door. Sebanyak 52 persen pembobolan data dimulai dari penyalahgunaan kredensial dari  supplier atau kontraktor. Key take away-nya jelas: kita harus tahu siapa pihak ketiga kita, memonitor mereka secara kontinu, dan melakukan audit serta asesmen. Inilah mengapa security rating yang terpercaya sangat penting untuk memitigasi risiko ini," kata Regional Sales Manager IDN & PH SecurityScorecard, Mulianto.

Sementara itu, Deputy Head of Bank Indonesia Representative Office for Jakarta Province Yosamartha menyebut, BI berperan sebagai mercusuar untuk menjaga stabilitas ekosistem sistem pembayaran dan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang didukung oleh Digital Trust sebagai fondasi-nya. 

 Principal Cyber Security, Grab Indonesia, Richi Aktorian menambahkan, membangun keamanan digital bukan hanya soal sistem, tetapi soal ekosistem. 

Grab terus berinvestasi dalam cyber resilience framework, sistem deteksi dini ancaman, dan pelatihan keamanan bagi seluruh tim agar mampu menjaga keandalan layanan bagi pengguna, mitra pengemudi, dan merchant. Melalui GRACS IPSS 2025, kami berharap kolaborasi antara pelaku industri dan regulator semakin erat dalam memperkuat pertahanan siber nasional," tuturnya.

Country Sales Director DAS-Security, Kusuma Wijaya mengungkapkan, sektor finansial di Indonesia tengah menghadapi beragam tantangan dalam pengelolaan data, mulai dari kepatuhan terhadap regulasi hingga kesenjangan dalam deteksi risiko yang sering kali tidak terlihat. 

(kunthi fahmar sandy)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement