Survei juga dilakukan ke sejumlah masyarakat dengan tujuan mengetahui apa yang diinginkan calon konsumen terhadap kendaraan listrik. Masalah utama yang ditemui adalah infrastruktur yang belum memadai dan keraguan terhadap teknologi itu sendiri.
“Mereka yang enggak mau beli keluhannya di infrastruktur. Charger-nya susah. Sama masih nunggu teknologi baru. Sekarang kan nge-charge lama, kalau ada yang 1 jam bisa 1000 km. Mereka masih banyak yang nunggu. Nilai jual kembalinya takut jatuh,” ujar Billy.
Selain itu, Billy mengatakan, berdasarkan survei, masyarakat Indonesia belum semuanya sadar dengan teknologi. Oleh sebab itu, Honda melakukan berbagai aktivitas yang menyasar anak muda untuk memperkenalkan teknologi mobil listrik.
“Thailand dan Malaysia sudah 300-400 ribu yang punya mobil. Jadi udah gede, sekitar 30 persen rakyatnya punya mobil. Sudah mapan. Teknologi juga sudah melek sekali. Kalau kita kan masih bertumbuh. Nah segmen mana yang terus berkembang, kita pelajari, apakah first time buyer, kedua, ketiga,” tuturnya.
Saat ini, Honda hanya memasarkan mobil hybrid, yakno CR-V HEV dan Accord HEV, sebagai lini model elektrifikasinya. Mereka belum membocorkan jenis mobil listrik apa yang akan dijual, mengingat Honda e: saat ini sudah berhenti produksi.
(FAY)