"Menurut survei LBM pada 2022, dari 100 orang, 30 persennya berniat beli BEV dan ini menarik. Jadi pasar di Indonesia itu gemuk, di harga USD30 ribu atau Rp400 jutaan lah. Sementara yang paling diminati 7 seat dengan rentan harga Rp300 jutaan. Jadi kalau mau bidik pasar lebih banyak, maka jual BEV harga segitu dengan fungsi yang mirip," tuturnya.
Namun, ada banyak alasan mengapa masyarakat Indonesia masih enggan beralih ke mobil listrik berbasis baterai. Selain harga, alasan lain seperti lamanya pengisian dan harga jual kembali yang belum terbentuk pasarnya juga memengaruhi hal tersebut.
“Orang Indonesia kalau mau beli mobil sudah tanya juga, nanti kalau saya jual harga second-nya jatuh nggak? Jadi pasar bekasnya belum tercipta. Pertimbangan konsumen membeli kendaraan itu ada dua, mampu dan mau,” ucapnya.
Saat ini, mobil listrik yang dijual di bawah harga Rp300 juta hanya Wuling Air ev dengan desain kompak. Sayangnya, mobil ini memiliki kabin yang tak cukup luas sehingga hanya cocok digunakan untuk perkotaan.
Sementara mobil listrik yang memiliki dimensi lebih besar dijual dengan harga yang sangat tinggi. Hal itu karena produsen menanamkan teknologi canggih di dalamnya, hingga baterai dengan kapasitas yang besar. (NIA)