IDXChannel - Pasca pandemi Covid-19 mereda di awal 2022, perusahaan dan startup teknologi tampaknya masih berhadapan dengan sejumlah kondisi sulit.
Kondisi perekonomian tampak masih suram akibat adanya konflik geopolitik antara Rusia - Ukraina yang menciptakan terhambatnya rantai pasok dan berakibat inflasi di seluruh dunia. Imbasnya, mulai pertengahan dan jelang akhir tahun 2022, gelombang layoff atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terjadi di beberapa perusahaan teknologi.
Bukan hanya startup, sejumlah perusahaan teknologi dengan valuasi besar pun ikut terdampak dan melakukan sejumlah kebijakan efisiensi.
CEO Meta Mark Zuckerberg dalam keterangannya pada November lalu menyebut kondisi ekonomi juga mulai goyah, ditambah banyaknya persaingan antar platform dan menurunnya pendapatan dari iklan dan juga kondisi ekonomi. Hal itu juga yang membuat raksasa teknologi Meta melakukan PHK ribuan orang pada November lalu.
Sementara sebelumnya juga diinformasikan berdasarkan artikel riset IDXChannel.com pada 24 Oktober 2022, yang membeberkan keterangan salah satu narasumber yang merupakan executive industri startup.
Sumber tersebut mengungkap saat ini, Google melalui GBP (Google Play Billing) mematok pemotongan bagi pengembang aplikasi sebesar 15% untuk yang memiliki pendapatan (revenue) USD1 juta. Bahkan, jika pendapatan di atas itu, maka langsung terdampak potongan 30%.
Menurut sumber tersebut, kondisi ini sudah bukan lagi pada level memprihatinkan, melainkan juga bisa membunuh industri startup Tanah Air.
“Banyak yang terdampak karena sebagian dari mereka (industri startup) margin-nya nggak ada 30%. Atau opsinya, kita harus naikin harga dan merugikan konsumen,” jelasnya.
Imbas kebijakan pemotongan 30% ini sangat berdampak pada daya tahan startup di Indonesia. Mengingat perusahaan rintisan merupakan salah satu sektor yang masih berkembang.
Dan berikut kaleidoskop 2022 IDX Channel yang merangkum sejumlah peristiwa dan kebijakan perusahaan dan startup teknologi di sepanjang tahun ini.
Daftar Perusahaan Teknologi Global yang Terdampak
1. Meta PHK 11 Ribu Karyawan
Meta yang fiks memecat 11 ribu karyawan dari perusahaan mereka. Total keseluruhan yang di PHK adalah 13 persen dari keseluruhan karyawan induk Facebook dan Instagram ini.
Kebijakan PHK ini telah dieksekusi pada Rabu 9 November lalu. Dalam sebuah surat, dilansir dari SiliconValley.com, pendiri dan CEO Meta Mark Zuckerberg menjelaskan kabar ini pada seluruh karyawannya.
“Hari ini saya mengumumkan beberapa perubahan tersulit yang kami buat dalam sejarah Meta,” tulis Zuckerberg (10/11), seperti dilansir dari SiliconValley.com.
“Saya telah memutuskan untuk mengurangi ukuran tim sebesar 13 persen, dan harus melepas lebih dari 11 ribu karyawan andal kami,” tambahnya.
Dalam keterangan tertulisnya, Zuckerberg juga secara detail mengemukakan latar belakang di balik keputusan PHK massal tersebut.
"Pandemi mulai surut, perpindahan ke e-commerce dan juga platform digital turut menyusut. Lebih buruk lagi, kondisi ekonomi juga mulai goyah, Meta dan platformnya Facebook pun harus menghadapi saingan dari platform lainnya. Tidak hanya perdagangan online yang kembali ke tren sebelumnya, tetapi juga ada penurunan ekonomi makro, meningkatnya persaingan, dan hilangnya sinyal iklan telah menyebabkan pendapatan kami jauh lebih rendah dari yang saya harapkan,” jelas Zuckerberg.
Zuckerberg juga menambahkan bahwa kebijakan PHK bakal terus dilakukan hingga tahun depan.
2. Amazon Umumkan Pengurangan Pegawai
Amazon.com Inc umumkan pada 17 November bahwa akan ada lebih banyak pengurangan karyawan di perusahaan tersebut hingga 2023. Hal tersebut lantaran proses perencanaan tahunannya diperpanjang hingga tahun depan dan para pemimpin terus melakukan penyesuaian.
"Keputusan tersebut akan dibagikan kepada karyawan dan organisasi yang terkena dampak pada awal tahun 2023", kata Andy Jassy, yang menjadi Chief Executive Officer perusahaan pada tahun 2021, dalam sebuah surat kepada karyawan Amazon dilansir melalui Reuters (17/11/2022)
Jassy menambahkan perusahaan sedang meninjau ulang perencanaan operasi tahunan untuk membuat keputusan tentang apa yang harus diubah di setiap bisnisnya.
3. Twitter Pecat Ribuan Pegawai
Twitter resmi PHK karyawannya pada 4 November lalu dimana pemberitahuannya diumumkan melalui email. Sekitar 3.700 karyawan terdampak dan pekan selanjutnyta Twitter juga PHK memecat ribuan karyawan kontrak dan outsourcing. Menurut outlet media Platformer, sekitar 4.400 karyawan kontrak terdampak
"Dalam upaya untuk menempatkan Twitter pada kondisi finansial yang sehat, kami melalui proses sulit ini untuk mengurangi tenaga kerja global pada hari Jumat (04/11)," tulis mengumuman Twitter yang dikutip melalui Reuters.
Dilansir melalui Bloomberg, Musk juga berencana untuk mengakhiri sistem work from anywhere. Bagi karyawan yang selamat dari PHK, mereka diminta untuk selalu datang ke kantor kecuali jika memang ada hal mendesak yang tidak memungkinkan untuk itu.
Diberitakan sebelumnya, pada 28 Oktober lalu, CEO Tesla Elon Musk resmi menyelesaikan proses akuisisi Twitter Inc. senilai USD44 miliar atau Rp683 miliar setelah proses yang memicu polemik selama berbulan-bulan.
Saat awal akuisisi, Elon juga mencopot petinggi Twitter sebelumnya, yakni Chief Executive Officer Twitter Parag Agrawal; Head of Legal Vijaya Gadde, Chief Financial Officer Ned Segal,dan penasihat umum Twitter Sean Edgett.
4. Fabric.com (anak usaha Amazon) Ditutup
Langkah terbaru yang diambil Amazon untuk memangkas biaya operasional adalah menutup Fabric.com. Melansir dari ABC News, Sabtu (22/10/2022), dalam unggahan fabric.com pada situs webnya, fabric.com mengatakan tidak akan lagi menjual produk dan mengarahkan pelanggan untuk berbelanja di Amazon sebagai gantinya.
Juru bicara Amazon, Betsy Harden, mengatakan sebagai bagian dari perencanaan bisnis reguler Amazon, mereka terus melakukan evaluasi dan telah membuat keputusan untuk menutup fabric.com.
5. HP Inc
Pada 23 November lalu, HP Inc mengumumkan bakal ada pengurangan tenaga kerja (PHK) hingga akhir tahun fiskal 2025. Mengenai rencana restrukturasi tersebut HP dikabarkan akan memangkas 4.000 hingga 6.000 karyawan dalam tiga tahun ke depan.
"Perusahaan memperkirakan akan mengeluarkan sekitar USD1 miliar untuk biaya tenaga kerja dan non-tenaga kerja terkait dengan restrukturisasi dan biaya lainnya, dan sekitar USD 0,6 miliar pada tahun fiskal 2023, dan sisanya dibagi kira-kira sama antara tahun fiskal 2024 dan 2025," ujar pihak HP dalam laporannya, seperti yang dikutip dari Gizmodo (24/11).
Pihak HP melaporkan, bahwa pendapatan bersih tahun fiskal untuk 2022 turun 0,8 persen menjadi US63 miliar dibanding dengan tahun lalu.
Selain itu, pendapatan Q4 HP pun turun cukup drastis yaitu 11,2 persen menjadi USD14,8 miliar dari tahun ke tahun.
Presiden sekaligus CEO HP Enrique Lores, menyalahkan kinerja tersebut karena ekonomi makro yang tidak stabil dan permintaan yang melemah pada paruh kedua ini.