"Latensi HAPS 5-10 milidetik. Beratnya sekitar 100 kg device dengan 100 kg include baterai segala macam, tidak bisa mengalahkan BTS yang secara size lebih besar, watt lebih kuat, itu tidak bisa sestabil atau istilahnya kapasitas sebesar itu," katanya.
Lebih lanjut dia menerangkan, teknologi HAPS ini juga cocok untuk ditempatkan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Sebab, biayanya jauh lebih murah karena hanya memerlukan landasan pendek yakni 100 meter dan tidak memerlukan pilot untuk mengendalikannya.
"Untuk daerah tertentu apalagi remote bisa (manfaatkan) HAPS, dengan biaya jauh lebih murah dibanding satelit LEO Starlink yang latensinya 50an milidetik. Kita hanya perlu landasan 100 meter. Sisi capex juga jauh lebih efisien. Enggak perlu pilot untuk kendalikan drone," ujarnya.
Sebagai informasi, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) resmi menggandeng AALTO HAPS Ltd., guna menjajaki penyediaan solusi konektivitas seluler bertenaga surya.