sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Neta Terbelit Masalah Keuangan, CEO Terancam Dipecat hingga Kantor Pusat Dipindahkan

Technology editor Febrina Ratna Iskana
30/05/2025 19:29 WIB
Produsen mobil listrik asal China, Neta, mengalami masalah keuangan yang menyebabkan CEO perusahaan itu terancam dipecat hingga kantor pusatnya dipindahkan.
Neta Terbelit Masalah Keuangan, CEO Terancam Dipecat hingga Kantor Pusat Dipindahkan. (Foto: CarnewsChina)
Neta Terbelit Masalah Keuangan, CEO Terancam Dipecat hingga Kantor Pusat Dipindahkan. (Foto: CarnewsChina)

IDXChannel – Produsen mobil listrik asal China, Neta, mengalami masalah keuangan yang menyebabkan CEO perusahaan itu terancam dipecat hingga kantor pusatnya dipindahkan.

Seperti dilansir dari CarnewsChina pada Kamis (29/5/2025), seorang warga baru-baru ini mengunggah foto yang memperlihatkan logo Neta Auto dicopot dari kantor pusatnya di Shanghai pada Rabu (28/5/2025).

Para pekerja membongkar papan nama itu menggunakan tali dan pengikis, hanya menyisakan jejak samar. Neta mengonfirmasi pencopotan itu karena masa sewa berakhir bulan lalu dan mengatakan perusahaan itu tengah bersiap untuk pindah, meskipun alamat kantor barunya belum diungkapkan.

(Logo Neta di kantor pusat Shanghai dicopot. Foto: Carnewschina)

Neta Auto yang dulunya dianggap sebagai kuda hitam di antara perusahaan rintisan kendaraan listrik (EV) di China, kini terbelit masalah keuangan dengan kerugian kumulatif melampaui 18,3 miliar yuan atau setara USD2,5 miliar, dan rasio utang perusahaan melonjak hingga 217 persen.

Hal itu pun telah memengaruhi operasi perusahaan. Sumber internal melaporkan utang yang belum dibayar kepada pemasok melebihi 6 miliar yuan (USD833 juta). Alhasil, raksasa baterai CATL menjadi salah satu perusahaan yang menghentikan pengiriman barang untuk Neta.

Akibatnya, produksi domestik Neta telah terhenti, yang selanjutnya menunda pesanan luar negeri. Meskipun perusahaan itu telah mengamankan jalur kredit sebesar 2,15 miliar yuan (hampir USD300 juta) di Thailand.

Namun, kemerosotan Neta semakin terlihat jelas dalam angka penjualannya. Setelah mencapai puncaknya pada 2022 dengan 152.000 unit, pengiriman mobil Neta turun menjadi 127.500 pada 2023 dan anjlok hampir setengahnya pada 2024 menjadi hanya 64.549 kendaraan.

Hal itu menyebabkan PHK massal, penutupan toko, dan protes pemasok yang memperburuk persepsi public terhadap Neta. Bahkan pemotongan biaya yang agresif, seperti insentif ekuitas karyawan dan perampingan bisnis, telah gagal menstabilkan perusahaan.

Pencopotan CEO Neta

Beberapa sumber telah mengonfirmasi pemegang saham dari BUMN China dan perusahaan induk Neta, Hozon New Energy Automobile, bergerak untuk menyetujui rapat dewan direksi guna mencopot pendiri Neta, Fang Yunzhou, dari peran gandanya sebagai Chairman dan CEO.

Perkembangan dramatis itu terjadi saat perusahaan bergulat dengan kerugian keuangan yang mengejutkan, rantai pasokan yang terputus, dan penutupan pabrik.

Fang, yang mendirikan Hozon pada 2014 dan dianggap sebagai tokoh utama dalam kebangkitan dan kejatuhan Neta. Meskipun pernah dipandang sebagai pemimpin yang inovatif, ia kini menghadapi kritik keras dari pemegang saham dari pemerintah atas penanganannya terhadap keuangan dan strategi perusahaan.

Menurut informan, para investor ini menuntut reformasi struktural yang mendasar daripada perombakan kepemimpinan yang sederhana.

Model kepemilikan saham Neta memang cukup unik, karena menggabungkan kepemimpinan kewirausahaan swasta tapi dengan modal negara. Meskipun struktur ini awalnya menawarkan keuntungan kebijakan dan pendanaan, struktur seperti itu justru menjadi sumber konflik.

Investor dari Pemerintah China yang berfokus pada mitigasi risiko dan stabilitas jangka panjang mengalami bentrok dengan strategi ekspansi Fang yang agresif, khususnya dorongannya ke Asia Tenggara dan tujuannya untuk menghasilkan laba pada 2026.

Setelah menjabat sebagai CEO menyusul kepergian Zhang Yong pada akhir 2024, Fang telah menetapkan tujuan yang ambisius yaitu pencatatan saham publik, ekspansi global, dan margin kotor positif pada 2025.

Namun, tidak ada yang terwujud, dan masalah likuiditas Neta semakin memburuk. Usulan pertukaran utang dengan ekuitas untuk mengurangi utang pemasok juga terhenti, yang semakin mengikis kepercayaan.

Saat pemegang saham dari Pemerintah China mendorong pemecatan Fang dan bahkan proses kebangkrutan, masa depan Neta menjadi tidak menentu.

Jika pemungutan suara dewan direksi berhasil, Fang bisa kehilangan kendali atas perusahaan yang ia bangun. Selain itu, investor negara dilaporkan mendorong Hozon untuk memasuki restrukturisasi kebangkrutan. Hal itu bakal menandakan potensi keruntuhan salah satu perusahaan rintisan kendaraan listrik terkemuka di China.

(Febrina Ratna Iskana)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement