Tanpa adanya cadangan yang memadai untuk ribuan mesin virtual yang didukung oleh pusat data yang menjadi target serangan.
Ini adalah pertama kalinya seorang pejabat pemerintah mengundurkan diri karena serangan siber, ujarnya.
"Ini dapat dianggap sebagai serangan siber terbesar dalam sejarah Indonesia, dilihat dari skala data yang terdampak," ujarnya.
Perusahaan telekomunikasi milik negara PT Telkom Indonesia, yang anak perusahaannya mengelola pusat data yang diserang, mengakui adanya kelemahan dalam sistem.
Menurut analis keamanan informasi di perusahaan layanan teknologi, PT SysTech Global Informasi, Muhamad Hidayat, banyak langkah keamanan seperti rencana pemulihan bencana dan berbagai pilihan cadangan tidak sepenuhnya tersedia.