Diskusi juga menyoroti kecepatan adopsi AI di Indonesia yang sangat agresif, di mana 80 persen masyarakat memandang AI membawa manfaat. Namun, kecepatan ini juga membawa risiko disrupsi tenaga kerja, terutama di sektor media dan penyiaran.
"Kami menyadari pesatnya adopsi AI di Indonesia. Oleh karena itu, kolaborasi dengan Inggris menjadi sangat penting untuk belajar bagaimana menyeimbangkan inovasi dengan mitigasi risiko, terutama terkait disrupsi sosial dan penyebaran konten negatif," ujar Wamen Nezar.
(Ibnu Hariyanto)