"Namun nanti kita akan lihat perkembangannya, kita akan evaluasi. Alasan angka 1 banding 20 itu, orang pengguna EV dengan mobil konvensional itu berbeda. Kalau pengguna ICE untuk energi harus datang ke SPBU. Kalau pengguna EV, bisa ngecas dirumah," kata Edi.
"Tapi kapan dia perlukan SPKLU? Saat perjalanan jauh ataupun dia lupa mengisi dayanya di rumah," kata dia.
Oleh sebab itu, PLN menggunakan metode tersebut dalam membangun SPKLU di suatu wilayah di Indonesia. Mengingat saat pembelian mobil listrik, mereka akan mendapatkan gratis wall mount charger dari produsen dan bebas biaya pemasangan listrik baru dari PLN.
"Namun pada dasarnya mereka masih mengisi daya di rumah. Jadi perbandingan populasi mobil listrik dengan SPKLU berbeda dari yang ICE dengan SPBU," ujar Edi.