Printer 3D akan tersedia di kelas dan menjadi sebuah perangkat yang umum digunakan para siswa. Sebagai alat bantu pembelajaran, mereka akan menjadi penting, memungkinkan guru lebih fleksibel untuk menjelaskan konsep-konsep yang sulit.
Selain itu, sistem pembelajaran adaptif yang digerakkan oleh Kecerdasan Buatan (AI) akan terintegrasi ke dalam lingkungan sekolah. AI juga dapat digunakan untuk menganalisis pekerjaan siswa dan membantu guru memahami siswa mana yang kurang mengerti.
Dengan AI siswa juga bakal dapat memperoleh umpan balik langsung, dengan area yang disarankan untuk perbaikan dan bimbingan belajar yang lebih personal, disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap siswa.
Pergerakan menuju pengalaman belajar yang lebih imersif dan interaktif juga akan difasilitasi oleh penerapan augmented reality dan kemajuan AI. Papan tulis interaktif akan dilengkapi dengan augmented reality di mana objek virtual ditumpangkan ke dunia nyata.
Teknologi ini memungkinkan siswa menganalisis senyawa kimia di awan Jupiter, membuat ukuran perbandingan dinosaurus, atau membedah otak manusia secara digital dengan mudah dan tanpa perlu menelan biaya mahal untuk membeli jasad manusia.
Dengan populasi global yang diperkirakan akan mencapai 9,8 miliar pada 2050, dan sekitar 90 persen diharapkan memiliki internet pada saat itu, ruang kelas mungkin akan digunakan bersama secara virtual dengan siswa eksternal.