Rusia dilaporkan sudah menyiapkan lebih dari USD12 juta atau Rp180 miliar untuk mengembangkan aplikasi tersebut. Pendekatan menggunakan empat smartphone dengan aplikasi khusus yang terletak empat hingga enam kilometer ke belakang dari garis depan.
Nantinya data yang didapat dari mikrofon smartphone dikirim ke komputer tablet pusat dengan aplikasi lain untuk menghitung posisi tembakan. Menjadikan fitur microfon di smartphone jauh lebih berguna dari yang dikira sebelumnya.
Sistem pelacakan yang baru ini meskipun terlihat canggih, namun diakui Rusia tidak sepenuhnya dapat diandalkan. Para pengembang aplikasi mengatakan, itu mungkin saja mengalami kesalahan yang tidak terduga.
Hasil dari kondisi atmosfer, atau pantulan suara dari fitur medan, dianggap bisa memengaruhi tingkat akurasi. Dengan begitu, masih dibutuhkan drone untuk mengintai area tersebut dan mengonfirmasi sebelum serangan diluncurkan.
Tidak jelas apakah sistem Rusia ini benar-benar beroperasi. Yang jelas, setiap klaim Rusia tentang teknologi militer baru harus ditanggapi dengan hati-hati. Mereka memiliki rekam jejak yang cukup baik untuk menciptakan perangkat canggih.
(FAY)